Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 26 April 2016

TAJUK RENCANA: Nasib Referendum ”Brexit” (Kompas)

Ancaman Obama yang mengait- kan referendum Inggris keluar dari Uni Eropa dengan perjanjian dagang kedua negara mengan- cam referendum itu sendiri.

Sebelumnya, kubu pro referendum di pemerintahan Partai Konservatif berkuasa Inggris terus bergeming di tengah keberatan berbagai kalangan yang menentang rencana pelaksanaan referendum pada 23 Juni 2016 nanti. Referendum itu akan memutuskan apakah Inggris harus keluar atau tidak dari keanggotaan Uni Eropa (UE), yang dikenal dengan "Brexit".

Ancaman Presiden Amerika Serikat Barack Obama membuat pijakan pendukung Brexit goyah, sebaliknya posisi kubu penentangnya menguat. Secara tak langsung, ancaman Obama menggembosi propaganda kubu pro referendum yang menjanjikan Inggris yang lebih sejahtera jika keluar dari UE. Tanpa keanggotaan UE, Obama tegas menyiratkan bahwa Inggris tidak akan lagi mempunyai privilese seperti sebelumnya dan harus menempuh jalan berliku dan panjang untuk menjalin kesepakatan dagang dengan mitra penting, seperti AS.

Dalam berbagai survei, mayoritas pelaku usaha Inggris —yang selama ini menikmati akses bebas ke pasar negara- negara besar UE—menginginkan Inggris tetap bertahan di UE karena khawatir akan hambatan tarif lebih tinggi dan restriksi perdagangan lain jika Inggris keluar dari UE.

OECD juga mengingatkan, Brexit bakal mengancam ekonomi Inggris dan pemulihan global. Di atas kertas, Brexit berkonsekuensi ekonomi besar pada Inggris sendiri. Global Counsel mengidentifikasi 10 saluran transmisi dampak Brexit: dampak pada perdagangan intra-Eropa, investasi langsung, liberalisasi dan regulasi, kebijakan industri, imigrasi, jasa keuangan, kebijakan perdagangan, pengaruh global, anggaran, dan ketidakpastian yang diakibatkan.

Keanggotaan UE mendongkrak perdagangan Inggris-UE hingga 55 persen pada 2013. Brexit akan membuat Inggris tak lagi bisa mengakses manfaat pasar tunggal UE dan memengaruhi reformulasi kebijakan di UE.

Dampak terhadap Inggris lebih besar daripada dampak yang dirasakan UE mengingat ketergantungan lebih besar Inggris kepada perdagangan dengan UE ketimbang sebaliknya. Separuh ekspor Inggris tertuju ke UE, sementara hanya sepersepuluh ekspor UE tertuju ke Inggris. Inggris juga penyerap terbesar FDI UE. Brexit bukan hanya akan memukul investasi UE ke Inggris, melainkan juga menurunkan daya tarik Inggris sebagai pintu gerbang masuk ke UE.

Brexit bisa memicu kolapsnya Inggris sebagai pusat riset dan inovasi dunia serta pusat keuangan dunia di Eropa.

Dari aspek non-ekonomi, Brexit akan mengubah konstelasi hubungan politik antarnegara besar di UE, khususnya Jerman dan Perancis. Belum lagi efek penularan secara politis (political contagion) karena perpecahan internal terkait UE bukan hanya terjadi di Inggris. Keberhasilan eksperimen Brexit bisa memicu anggota EU lain mengikuti jejak Inggris dan memicu disintegrasi lebih jauh di UE.

Bagi UE, Brexit memperlemah posisi UE di arena global dengan produk domestik bruto UE dan pangsa UE dalam perdagangan global menyusut 15 persen.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 April 2016, di halaman 6 dengan judul "Nasib Referendum "Brexit"".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger