Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 12 Mei 2016

Kereta Bekasi-Tanah Abang//Akurasi Tulisan//Beda Persepsi//HP Kembali (Surat Pembaca Kompas)

Kereta Bekasi-Tanah Abang

Sebagai pelanggan kereta rel listrik commuter line, saya berterima kasih dengan banyaknya pembenahan yang dilakukan PT KAI terhadap fasilitas di stasiun maupun kereta api. Alangkah baiknya jika pembenahan ini juga mempercepat waktu tempuh dan memperluas rute yang dilayani.

Menurut saya, lama perjalanancommuter line (CL) rute Palmerah-Bekasi pada jam pulang kerja semakin lama semakin panjang, kini mencapai 2,5 jam. Ini termasuk waktu tunggu, dua kali pindah KA, dan antre sinyal masuk Stasiun Manggarai. Padahal, biasanya bisa ditempuh dalam 1,5 jam.

Sebagai penumpang rute Palmerah-Bekasi saya harus berpindah KA di Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Manggarai. Di Stasiun Tanah Abang penumpang saling impit karena sempitnya tangga untuk berpindah jalur.

Saya mengusulkan untuk mengoperasikan kembali CL Tanah Abang-Bekasi, yang sekitar dua tahun lalu pernah beroperasi, tetapi sekarang dihentikan, terutama di jam berangkat dan pulang kerja.

Semoga PT KAI, khususnya pengelola CL Jabodetabek, mempertimbangkan masukan ini.

EKO WARDHAN, RAWA LUMBU RT 003 RW 005, BEKASI, JAWA BARAT

Akurasi Tulisan

Pada tulisan Dwi Andreas Santosa diKompas, Selasa(3/5), "Waspada Pangan 2016", ada beberapa data perlu diklarifikasi agar tak menyesatkan publik.

Menurut Andreas, data impor kedelai 2015 meningkat 9,8 persen menjadi 6,417 juta ton. Perlu dicermati, dari impor sebanyak itu sebagian besar (64 persen) berupa bungkil dan residu padat untuk pakan ternak, 1 persen untuk kecap, tepung, minyak, dan minuman. Yang dikonsumsi untuk tahu dan tempe hanya 2,26 juta ton (35 persen). Impor kedelai diharapkan berkurang seiring program peningkatan produksi kedelai.

Andreas menyajikan data impor pangan 2015 menguras devisa 8,84 miliar dollar AS atau Rp 116,5 triliun. Perlu dilihat bahwa ekspor sektor pertanian jauh lebih tinggi, yaitu 28,04 miliar dollar AS atau setara Rp 369,3 triliun. Artinya neraca perdagangan sektor pertanian 2015 surplus 13,55 miliar dollar AS, setara dengan Rp 178,4 triliun.

Andreas menyatakan agar tak memaksakan diri menanam padi di musim kemarau. Menurut kami, tak ada paksaan kepada petani: kalaupun menanam padi saat kemarau harus dipastikan ketersediaan airnya.

Kewaspadaan penting, tetapi jangan menakut-nakuti. Berbagai kajian menunjukkan gejolak harga pangan bukan akibat pasokan kurang, tetapi lebih karena faktor distribusi, tata niaga, asimetri informasi, ekspektasi, disparitas harga, anomali pasar, dan struktur maupun perilaku pasar.

LUTHFUL HAKIM, PUSDATIN, KEMENTERIAN PERTANIAN

Beda Persepsi

Terima kasih atas tanggapan positif Saudara Luthful Hakim dari Pusdatin, Kementerian Pertanian, terhadap tulisan saya "Waspada Pangan 2016", Kompas, Selasa (3/5).

Terkait impor kedelai, menurut saya itu hanya masalah perbedaan persepsi saja. Pusdatin berpersepsi bahwa impor kedelai hanya untuk tahu/tempe, sedangkan menurut saya adalah total impor kedelai baik untuk pangan, pakan, dan lainnya sebagaimana impor gandum, jagung atau komoditas lainnya.

Total ekspor komoditas pertanian untuk seluruh subsektor (26 komoditas dan kategori tanaman pangan lain) pada 2014 adalah 19,91 miliar dollar AS dan pada 2015 sebesar 17,67 miliar dollar AS atau menurun 11,27 persen (Kementan 2014-2015).

Ekspor didominasi kelapa sawit sebesar 98,2 persen. Data yang disajikan Pusdatin barangkali termasuk produk perkebunan lain, tetapi bukan komoditas pangan.

Soal menanam padi di musim kemarau dan gejolak harga pangan, itu adalah pandangan pribadi yang bersangkutan.

DWI ANDREAS SANTOSA, GURU BESAR FAKULTAS PERTANIAN IPB

HP Kembali

Dalam perjalanan saya ke Jakarta, Rabu (20/4), dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju hotel, telepon genggam saya tertinggal di taksi Blue Bird carteran dari bandara. Maklum, jalanan macet dan sudah larut malam.

Segera saya menelepon ke agen taksi tersebut di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, menanyakan apakah ada telepon genggam yang dilaporkan. Agen tersebut menjawab bahwa barang telah dititipkan oleh sopir ke bagian operasional Blue Bird dan akan diantar ke hotel keesokan harinya tanpa biaya.

Benar, Kamis (21/4), telepon genggam saya sudah diantar ke Hotel Sahati, Pasar Minggu. Terima kasih kepada Manajemen Blue Bird dan terutama kepada sopir taksi carteran Saudara Dayat.

PAULUS MUJIRAN, JL BOROBUDUR UTARA, MANYARAN, SEMARANG

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Mei 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger