Dokter yang melayani kami memberi informasi bahwa imunisasi influenza sebenarnya bermanfaat untuk saya yang berpenyakit jantung koroner dan diabetes melitus. Menurut beliau, selain bagi orang usia lanjut, imunisasi influenza sebenarnya juga diperuntukkan bagi mereka yang berpenyakit kronik, petugas kesehatan, anak usia enam bulan sampai dua tahun, dan perempuan hamil.
Terus terang bagi saya informasi ini sesuatu yang baru. Kenapa imunisasi influenza akan bermanfaat bagi kelompok tersebut? Jika untuk orang usia lanjut, setahu saya manfaatnya agar tak terjadi komplikasi pneumonia, tetapi saya kurang paham untuk indikasi lain.
Imunisasi influenza rupanya tak semudah imunisasi hepatitis B. Sewaktu anak saya memerlukan imunisasi hepatitis B, dia dengan mudah mendapatkan layanan di dokter umum. Namun, sewaktu kami membutuhkan layanan imunisasi influenza, ternyata kami harus ke rumah sakit. Terus terang layanan di rumah sakit lebih rumit dan lebih mahal. Jika ke rumah sakit, kita harus membayar karcis rumah sakit dan jasa dokter. Prosedur administrasinya juga lebih rumit. Vaksin harus ditebus di apotek. Padahal, jika di dokter umum, layanannya sederhana dan jauh lebih murah. Apakah tak mungkin layanan imunisasi itu merupakan bagian dari layanan dokter umum saja?
Imunisasi untuk anak telah tersedia di puskesmas, apakah tidak mungkin imunisasi dewasa sekalian digabungkan dalam pelayanan puskesmas?
Dalam era asuransi nasional, apakah BPJS tak berminat mengembangkan imunisasi sebagai upaya mencegah penyakit daripada mengeluarkan uang pengobatan yang mahal? Di negara mana imunisasi influenza telah berjalan dengan baik? Apakah kita tidak mungkin membuat lompatan dalam layanan imunisasi ini mengingat Biofarma sebenarnya mampu menghasilkan vaksin yang diperlukan masyarakat Indonesia? Benarkah Kementerian Kesehatan sekarang akan mengutamakan juga upaya pencegahan? Apakah biaya upaya pencegahan itu sudah tersedia, termasuk untuk imunisasi? Terima kasih atas penjelasan dokter.
J di B
Saya gembira Anda beserta istri mempunyai kepedulian mencegah penularan penyakit dengan imunisasi. Sementara ini, imunisasi baru populer untuk anak, tetapi sebenarnya imunisasi pada orang dewasa juga dapat mencegah penularan penyakit. Bahkan imunisasi influenza dapat mencegah masuk rumah sakit dan kematian.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang menggalakkan penggunaan imunisasi influenza. Penyakit influenza amat sering dijumpai di masyarakat. Pada orang yang kekebalannya baik, dalam tiga sampai lima hari penyakit akan sembuh dan penderita sudah dapat beraktivitas. Namun, pada orang yang kekebalannya menurun, penyakit dapat menjadi berat, bahkan mungkin timbul komplikasi yang berbahaya.
Jumlah kematian yang berkaitan dengan influenza setiap tahun mencapai 250.000-500.000 orang di dunia dan sebagian besar terjadi pada usia lanjut. Karena itulah, di banyak negara, imunisasi influenza telah menjadi program nasional. Artinya, imunisasi ini dibiayai oleh negara.
Negara-negara Amerika Latin yang keadaan sosial ekonominya tak jauh berbeda dengan kita merupakan kawasan yang amat berhasil memasyarakatkan imunisasi influenza. Tidak hanya di negara yang berpenduduk sedikit, seperti Kuba, Bolivia, atau Venezuela, tetapi Brasil dan Argentina juga memiliki cakupan imunisasi influenza yang amat tinggi.
Di kalangan petugas kesehatan, cakupan imunisasi influenza mereka hampir mencapai 100 persen. Petugas kesehatan perlu diimunisasi influenza agar tak tertular dari pasiennya, juga agar mereka tak menularkan kepada pasien mereka.
Cakupan imunisasi pada anak dan mereka yang berpenyakit kronik juga tinggi. Bahkan, yang mengagumkan, cakupan imunisasi influenza pada ibu hamil sudah tinggi. Padahal, anjuran penggunaan vaksin influenza untuk ibu hamil belum lama dianjurkan oleh WHO.
Cakupan imunisasi influenza di Amerika Latin bahkan lebih tinggi daripada Eropa yang keadaan ekonominya jauh lebih baik. Bagaimana dengan Asia? Di kawasan Asia, penggunaan imunisasi influenza juga meningkat, misalnya di Korea, Taiwan, dan Thailand.
Pemerintah Thailand menyediakan 3,5 juta vaksin influenza, sekitar 400.000 untuk petugas kesehatan dan sisanya 3,1 juta untuk usia lanjut, pasien penyakit kronik, anak-anak, dan perempuan hamil. Jumlah ini belum memadai, tetapi setiap tahun ditingkatkan. Pemerintah Thailand sedang membangun pabrik vaksin influenza yang diharapkan akan berproduksi pada 2020.
Kita beruntung Biofarma telah lama mampu memproduksi vaksin influenza, tetapi penggunaannya masih amat rendah. Jumlah orang yang mendapat vaksin influenza setiap tahun di Indonesia belum mencapai 1 juta orang.
Vaksin influenza di negara kita banyak digunakan untuk jemaah haji dan umrah. Namun, penggunaan di kelompok lain masih sedikit. Padahal, imunisasi influenza untuk usia lanjut amat penting. Imunisasi influenza untuk petugas kesehatan seharusnya juga menjadi budaya untuk keselamatan pasien dan petugas kesehatan. Terdapat sekitar 700.000 petugas kesehatan dan orang yang kontak dengan pasien di negeri kita. Jika kita mencontoh Thailand, Kementerian Kesehatan seharusnya menyediakan vaksin influenza untuk petugas kesehatan guna mencegah penularan influenza di rumah sakit.
Mengapa imunisasi influenza bermanfaat untuk penderita penyakit kronik? Penderita penyakit kronik memiliki kekebalan tubuh menurun. Jika tertular influenza, perjalanan penyakit influenza menjadi lebih berat dan berisiko terjadi komplikasi, terutama pneumonia. Pada penyakit kronik pernapasan, misalnya penyakit paru obstruktif menahun, influenza memicu terjadinya gejala serta mempercepat perjalanan penyakit menjadi lebih buruk.
Perhimpunan profesi kedokteran sebenarnya sudah sepakat menggunakan imunisasi influenza untuk melindungi pasien mereka. Perhimpunan dokter spesialis jantung telah mencantumkan imunisasi influenza sebagai upaya pencegahan dalam penyakit jantung koroner. Perhimpunan spesialis kebidanan pun sepakat bahwa imunisasi influenza bermanfaat untuk memperbaiki kualitas hidup ibu hamil dan janin. Jika terjadi serangan influenza pada kehamilan, episode demam yang merupakan gejala influenza dapat memengaruhi janin dalam kandungan. Melalui imunisasi influenza, risiko kejadian keguguran menurun, begitu pula kejadian berat badan lahir rendah. Jadi, secara teori kita sudah memahami. Kenapa Amerika Latin telah melaksanakannya, tetapi Indonesia belum?
Memang sudah saatnya kita mulai membangun cara pikir yang baru, yaitu mengutamakan upaya pencegahan dan tidak menunggu sampai terjadi penyakit terlebih dahulu. Setiap tahun kita menghabiskan sekitar Rp 70 triliun hanya untuk obat. Jumlah ini dapat dikurangi jika upaya pencegahan dapat dilakukan secara saksama, termasuk upaya imunisasi.
Kita gembira imunisasi untuk anak sudah berjalan cukup baik, cakupannya mencapai 80 persen. Namun, vaksin yang masuk ke dalam program harus ditambah. Sudah saatnya juga kita perlu memerhatikan orang dewasa. Seperti keinginan Anda, seharusnya puskesmas juga melayani imunisasi untuk orang dewasa.
Saat ini, anggaran imunisasi pemerintah belum mencapai Rp 1 triliun, masih amat rendah jika dibandingkan dengan upaya kuratif. Namun, kenaikan anggaran saja tidaklah menyelesaikan persoalan. Pengalaman Amerika Latin menunjukkan, kita juga harus membangun kesadaran masyarakat dan petugas kesehatan serta menciptakan kebijakan pembangunan yang mengutamakan juga kesehatan masyarakat.
Semoga Anda dan istri dalam keadaan sehat selalu sehingga dapat menikmati hari tua bersama anak dan cucu.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2016, di halaman 25 dengan judul "Imunisasi Influenza untuk Penyakit Kronik".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar