Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 07 Mei 2016

TAJUK. RENCANA: ”Berkah” Turki dari Migran (Kompas)

Pada saat beberapa negara Eropa menganggap serbuan migran sebagai "bencana", Turki justru menganggapnya sebagai "berkah".

Pada Rabu (4/5) lalu, Komisi Eropa mengusulkan agar Turki memperoleh liberalisasi visa untuk zona Schengen. Turki dinilai telah memenuhi 65 dari 72 syarat yang dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi. Memang masih banyak syarat yang masih harus dipenuhi Turki, tetapi rasanya hal itu tidak menjadi penghambat yang serius.

Ada beberapa hal utama yang selama ini mengganjal Turki memperoleh liberalisasi visa untuk zona Schengen, yakni penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan pers, serta kebijakan Turki yang tidak mengakui kedaulatan Siprus.

Namun, serbuan migran dari Timur Tengah ke Eropa, terutama Suriah, tiba-tiba mengubah sikap Uni Eropa terhadap Turki. Posisi Turki yang sangat strategis dalam menghambat serbuan migran ke Eropa membuat Uni Eropa tidak mempunyai pilihan lain kecuali mendekati Turki guna diminta bantuannya.

Maret lalu, Uni Eropa membuat perjanjian dengan Turki soal migran. Isi perjanjian Uni Eropa-Turki itu intinya adalah Turki akan mencegah dan memulangkan semua migran yang tiba di Yunani setelah 20 Maret 2016. Sebagai imbalan, Uni Eropa akan memberikan dana penanganan pengungsi sebanyak 6 miliar euro, pemberian bebas visa Schengen bagi warga Turki selambat-lambatnya akhir Juni, dan dibukanya kembali pembicaraan tentang keanggotaan Turki di Uni Eropa.

Jika Turki pada akhirnya benar-benar dapat mencegah dan memulangkan semua migran, semua pengungsi yang tiba di Yunani setelah 20 Maret 2016, tentunya Uni Eropa tidak mempunyai alasan lagi untuk menghambat pemberian liberalisasi visa untuk zona Schengen.

Namun, Turki belum sepenuhnya "diterima" oleh negara-negara Eropa. Bukan itu saja, bahkan ada kekhawatiran pada beberapa negara Eropa terhadap warga negara Turki, yang dianggap berpotensi membahayakan kebijakan publik dan keamanan negara Eropa.

Uni Eropa harus segera mengubah anggapan itu sehingga tidak menjadi persoalan nantinya. Sebaliknya, Turki harus mengubah atau menyesuaikan kebijakannya terhadap Siprus, yang merupakan anggota Uni Eropa.

Namun, yang tidak boleh dilupakan, tidak semua negara yang menganggap peluang Turki untuk memperoleh liberalisasi visa untuk zona Schengen sebagai berkah. Banyak juga negara yang mengecam Turki karena dianggap "menjual" migran untuk keuntungan sendiri. Tinggal kini waktu yang membuktikan kecaman terhadap Turki itu benar atau tidak.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul ""Berkah" Turki dari Migran".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger