Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 19 Mei 2016

TAJUK RENCANA: Keamanan Libya dan Arus Pengungsi (Kompas)

Sukses menekan arus pengungsi dari Turki, AS dan negara sekutunya di Eropa mengalihkan perhatian ke Libya, pintu masuk pengungsi dari selatan.

Meski demikian, sebelum menyelesaikan soal pengungsi, Eropa dan negara sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS), harus menyelesaikan soal dalam negeri Libya, khususnya menghadapi terorisme. Pada pertemuan di Vienna, Austria, AS dan sekutunya sepakat untuk memasok senjata bagi Pemerintah Persatuan Nasional Libya (GNA).

"Kami semua mendukung fakta bahwa jika Anda memiliki pemerintahan yang sah dan sedang berjuang melawan terorisme, pemerintah yang sah itu tidak boleh diperlakukan seperti terpidana atau menjadi korban kebijakan embargo," kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry (Kompas, Rabu 18/5).

Di bawah perjanjian Uni Eropa (UE) dengan Turki sejak dua bulan lalu, terjadi penurunan drastis pengungsi yang lewat Turki. Menurut Frontex, agen perbatasan UE, sebanyak 3.360 migran dan pengungsi tiba di Yunani dari Turki pada April lalu atau turun 90 persen dibandingkan angka pada Maret. Namun, Frontex mencatat, 8.370 migran tiba di Italia melewati rute yang lebih panjang dan lebih berbahaya dari Afrika Utara, terutama lewat Libya.

Bahkan, Inggris dan Perancis mempersiapkan sebuah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengizinkan kapal Uni Eropa di Laut Mediterania mencegat perahu dari dan menuju Libya. Perahu ke Libya diduga membawa senjata untuk pemberontak dan kelompok militan, sedangkan dari Libya membawa pengungsi ke Eropa.

Misi pencegatan oleh UE ini, yang disebut "Operasi Sophia", juga dimaksudkan untuk menopang pemerintahan Perdana Menteri (PM) Fayez al-Sarraj yang didukung Barat. Frontex mencatat, sejak ada kesepakatan UE-Turki soal pengungsi, jumlah migran yang datang dari Libya menuju Italia terus meningkat. Lebih dari 30.000 pengungsi tiba di Italia selama 2016, dan sebagian besar lewat Libya.

Tanpa dukungan internasional, PM Fayez tidak bisa berbuat banyak menghadapi kelompok pemberontak dan militan. Dilaporkan, pasukan pemerintah berhasil merebut kembali kawasan strategis, Abu Grein, dari kelompok militan.

Bantuan senjata masyarakat internasional dimaksudkan untuk memperkuat pemerintahan Fayez. Dengan bantuan itu, diharapkan Fayez dapat meningkatkan dan mengendalikan keamanan dalam negeri. Kondisi dalam negeri yang lebih baik akan sangat membantu upaya membendung pengungsi yang lewat Libya dapat ditekan.

Jika ingin berhasil, Fayez harus menyelesaikan kelompok pemberontak dan militan yang masih menguasai bagian timur Libya. Kita tahu, di bagian timur ini terdapat sumber daya mineral, yang sampai sekarang menjadi sumber utama pendanaan dua kelompok tersebut.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "Keamanan Libya dan Arus Pengungsi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger