Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 12 Mei 2016

TAJUK RENCANa: RI Contoh Beragama secara Damai (Kompas)

Indonesia dapat menjadi contoh bagi masyarakat dunia dalam sikap toleransi beragama dan menjadikan perbedaan sebagai rahmat yang saling melengkapi.

Dalam konferensi International Summit of The Moderate Islamic Leaders yang diselenggarakan Nahdlatul Ulama di Jakarta, Senin (9/5) dan Selasa lalu, sikap toleransi umat Islam di Indonesia mendapat pengakuan dari tokoh berbagai negara yang hadir dalam konferensi.

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi kemasyarakatan berusia 90 tahun telah memberi contoh toleransi tersebut. Yang sangat jelas adalah pada diakomodasinya kearifan dan budaya lokal sehingga memberi suasana harmonis di tengah keberagaman keyakinan di masyarakat.

Tekad NU untuk membawa Islam yang toleran dan damai harus diletakkan dalam konteks global. Di sejumlah negara Timur Tengah, konflik yang merebak dipicu oleh perbedaan di antara para pemeluk agama.

Perbedaan itu, seperti disebutkan Rais Aam Syuriah Pengurus Besar NU KH Ma'ruf Amin saat pembukaan konferensi, disebabkan sikap pemeluk agama berada pada dua ekstrem. Kelompok pertama sangat keras dan kaku dalam memahami agama yang membawa umat pada kesulitan. Pada ekstrem lain, ada kelompok yang terlalu menggampangkan segala hal, menganggap tidak ada kepastian dalam agama karena segala hal dapat ditinjau ulang.

Menarik bahwa NU sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia dalam konferensi internasional tersebut menawarkan gerakan Islam Nusantara sebagai perwujudan Islam yang damai dan toleran serta mengakomodasi budaya lokal. Sikap akomodatif tersebut juga muncul dalam diadopsinya paham kebangsaan oleh NU sehingga konsep negara kesatuan Republik Indonesia tidak lagi menjadi persoalan. Dalam praktik, pendekatan akomodatif itu telah dipraktikkan dan diterima luas sejak pertama kali Islam tiba di Nusantara.

Islam Nusantara dalam konteks di atas adalah sebagai paradigma berpikir, bukan sebagai mazhab baru di dalam Islam. Dasar yang dikedepankan yakni jalan moderat, harmoni, kelemahlembutan, dan keadilan.

Sikap di atas menjadi penting di tengah globalisasi yang melemahkan posisi negara melalui pergerakan arus modal dan ideologi yang tidak mengenal batas-batas negara. Hal tersebut telah menimbulkan prasangka buruk terhadap umat Muslim di sejumlah negara di Barat.

Potensi terjadinya gesekan di masyarakat memerlukan penyaluran secara damai sekaligus produktif. Kita berharap sikap Nahdlatul Ulama yang mengedepankan toleransi dan harmoni dapat menjaga kedamaian di Tanah Air dan contoh bagi negara-negara lain.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "RI Contoh Beragama secara Damai".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger