Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 07 Juni 2016

Penghasilan dan Korupsi//Tanggapan Telkom//Paket Tak Sampai (Surat Pembaca Kompas)

Penghasilan dan Korupsi

Sungguh mengharukan, itulah perasaan yang muncul ketika membaca kisah polisi teladan di Kompas, Kamis (19/5). Inilah contoh perjuangan aparatur sipil negara untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga di tengah kesulitan ekonomi dan penghasilan. Brigadir Kepala Seladi memilih mencari tambahan halal, bukan tawaran materi yang bisa diperolehnya sebagai penguji SIM A di kantor kepolisian tempat ia bekerja.

Kontras dengan pejabat hakim Tipikor Kepahiang, Bengkulu, yang tertangkap tangan menerima dan mengambil uang suap ditemani anaknya, Bripka Seladi bersama anaknya bekerja sebagai pemulung: membersihkan sampah plastik untuk dijual kembali.

Melihat tingkat pangkat dan jabatan, penghasilan dan fasilitas Ketua Pengadilan Kepahiang Bengkulu tentu jauh berbeda dengan Bripka Seladi. Namun, dalam hal integritas, kejujuran, dan karakter, Bripka Seladi jauh lebih unggul dan di atas hakim Pengadilan Tipikor Kepahiang, Bengkulu. Sangat ironis, hakim yang mengadili kasus korupsi malah tertangkap tangan menerima suap.

Penghasilan Bripka Seladi yang kurang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga adalah fakta, tetapi anggapan perilaku korupsi akibat kurangnya penghasilan telah ia patahkan dengan integritasnya.

Maraknya korupsi dengan memanfaatkan jabatan telah lama diketahui dengan berbagai modus operandi. Salah satunya adalah dalam pengurusan SIM di berbagai kantor samsat kepolisian. Ternyata korupsi tidak muncul akibat minimnya penghasilan, melainkan dari sifat dan perilaku yang bersangkutan. Dengan sikapnya, Bripka Seladi telah menjaga citra polisi yang mengayomi dan bermartabat.

Saatnya para pimpinan Polri mencontohkan hidup sederhana dan mengupayakan peningkatan kesejahteraan bagi para anggotanya yang berpangkat rendah. Hal ini akan memotivasi para polisi untuk mengutamakan pelayanan kepada masyarakat dan berperilaku anti korupsi.

Saya menyarankan anak kedua Bripka Seladi yang bercita-cita menjadi polisi dapat difasilitasi oleh Kapolri, karena sudah tiga kali mengikuti seleksi masuk kepolisian. Semoga ia menjadi mutiara polisi dengan meneladani ayahnya.

MAJU HUTAJULU, PERUMAHAN CIRIUNG CEMERLANG, CIBINONG 16918, BOGOR

Tanggapan Telkom

Menanggapi surat Bapak Suwandi diKompas, Selasa (24/5), perihal gangguan telepon. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

Bersama ini kami informasikan bahwa teknisi Telkom telah mengganti kabel yang putus dan telepon sudah aktif kembali. Hal ini telah kami konfirmasi melalui telepon, diterima oleh Fathan, anak Bapak Suwandi.

Dengan demikian, permasalahan telah kami selesaikan.

RETNO DYAH ARUMSARI, MANAGER PUBLIC RELATION TELKOM INDONESIA

Paket Tak Sampai

Pada 20 Mei 2016, sebuah toko online di Magelang mengirim pesanan ke rumah saya di Bandung, menggunakan jasa JNE. Nomor resi MGLAA02499550316.

Sesuai tracking di situs web, pada 21 Mei, pukul 11.12, paket sudah sampai di JNE Bandung. Namun, sampai 27 Mei, paket tersebut belum juga diantar ke alamat saya.

Jumat, 27 Mei, saya menelepon call center JNE di (021) 29278888, dijawab bahwa paket saya belum diantar karena tidak ada jadwal pengantaran ke daerah saya. Rumah saya berada di daerah strategis di Bandung yang mudah dicari.

Senin, 30 Mei, saya menghubungi call center JNE, dibuatkan laporan CAS 1944194. Saya bermaksud mengambil paket langsung di kantor JNE Bandung, tetapi operator menjawab bahwa paket saya tidak diketahui ada di JNE Bandung yang mana.

Saya mengimbau JNE memperbaiki sistem pengiriman, tracking, dan call center-nya agar semua terintegrasi dengan baik dan konsumen tidak dirugikan.

EVELYN INDRIANI, KOPO, MARGAHAYU, BANDUNG 40218

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Juni 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".



Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger