Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 06 Juni 2016

Ramadhan Ibadah Menuju Kesalehan (Kompas)

Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

(Quran, Surah Al Baqarah, 184.)

Untuk bulan suci Ramadhan, Rasulullah SAW mengingatkan agar ibadah puasa yang kita jalankan jangan sampai tidak melahirkan manfaat dan hanya menghasilkan lapar dan haus. Bulan penggemblengan jiwa dan raga ini seyogianya mampu melahirkan insan lebih mulia.

Bagi bangsa Indonesia, ada banyak alasan untuk mengangkat kembali sabda di atas. Pertama, Ramadhan demi Ramadhan telah kita jalani bertahun-tahun, tetapi kesalehan dan kejujuran yang diharapkan muncul tak kunjung diamati. Sebaliknya, godaan duniawi tak kunjung bisa ditepis dan perilaku buruk masih kerap diperlihatkan.

Ini tentu bukan hasil yang diharapkan karena sudah sering khatib shalat Idul Fitri menyampaikan bahwa hasil puasa Ramadhan yang utama bukan menuntaskan puasa sebulan penuh, tetapi perilaku baik sesudahnya.

Bulan Ramadhan yang datang berulang setiap tahun menyiratkan, di balik siklus astronomik peredaran Bulan dan Bumi, terkandung pesan bahwa iman dan ketakwaan manusia harus diperiksa ulang. Ramadhan memberikan kesempatan manusia untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas iman, takwa, serta amal saleh kepada sesama.

Ibadah puasa memang erat dikaitkan dengan kepedulian terhadap sesama, khususnya kepada kaum duafa, yang hidup berkesusahan. Di negara kita, meski Badan Pusat Statistik menyebut ada penurunan, jumlahnya masih 28,6 juta (11,25 persen jumlah penduduk). Bahkan, kesenjangan yang diperlihatkan oleh rasio gini juga tinggi (kini 0,41).

Dalam konteks ini, berpuasa juga diniscayakan untuk meningkatkan kepekaan terhadap kaum miskin yang jumlahnya masih banyak, yang tentunya terkait dengan kebijakan pembangunan yang perlu dikoreksi. Dalam lingkup individu, ada kewajiban memperhatikan kepedulian dan keberpihakan kepada mereka yang belum sejahtera.

Ramadhan yang juga merupakan upaya mengasah batin, agar dalam haus dan lapar, mata hati tetap bersinar, menerangi alam kejiwaan insan yang berpuasa. Memang inilah ibadah yang penuh makna. Di satu sisi, kita diperintahkan untuk merasakan hal yang membatasi, seperti menahan lapar dan haus serta hasrat dan pikiran buruk, tetapi melalui jalan itu pula kita diharapkan mendapatkan pencerahan.

Kini, bulan penuh rahmat dan ampunan itu datang kembali. Umat Islam menyambut dengan sukacita. Kita tidak ingin kehilangan momen untuk meningkatkan kualitas diri dan kesalehan. Kiranya Allah SWT meridai dan melancarkan ibadah kita sehingga secara individu menjadi insan lebih baik, masyarakat keseluruhan pun bertambah kesalehan dan kemuliaannya. Marhaban ya Ramadhan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul "Ibadah Menuju Kesalehan"

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger