Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 15 Oktober 2016

TAJUK RENCANA: Budaya sebagai Pusat Pembangunan (Kompas)

Forum Budaya Dunia di Bali mengingatkan kembali bahwa budaya memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kemakmuran masyarakat.

Forum budaya pada 10-14 Oktober membahas berbagai topik yang berhubungan dengan karya cipta manusia, terutama menyentuh aspek manusia dan hubungannya dengan pembangunan. Forum budaya pertama berlangsung 2013.

Kita memiliki kekayaan budaya yang membentuk identitas Indonesia seperti sekarang. Sejarah juga mengajarkan, budaya juga yang membuat suatu bangsa menjadi makmur atau tertinggal.

Dalam masyarakat yang terbuka saat ini, budaya dan modal tidak mengenal batas negara. Akibatnya, masyarakat di sejumlah negara merasa terpojok oleh globalisasi. Terhadap globalisasi tersebut sikap yang muncul cenderung menutup diri, seperti kita lihat pada keluarnya Inggris dari Masyarakat Eropa, munculnya partai-partai politik yang menolak imigran dan globalisasi di Eropa.

Kita juga merasakan dampak globalisasi pada budaya kita melalui teknologi yang kita gunakan yang mengubah cara hidup, makanan, musik, dan ancaman terorisme.

Budaya karenanya perlu dirawat dan dimanfaatkan untuk kebaikan bersama. Dari Forum Budaya Dunia di Bali muncul, misalnya, perlindungan pada sistem bertanam padi subak di Bali. Budaya subak bukan hanya tentang sistem pengairan sawah, melainkan di dalamnya juga teranyam tata sosial masyarakat gotong royong.

Penekanan pada aspek budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan menjadi kesepakatan dunia sejalan dengan disepakatinya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), September 2015.

Ini adalah pertama kalinya budaya masuk menjadi salah satu pusat pembangunan. Alasannya jelas, budaya memengaruhi cara orang memandang manfaat pendidikan, memperlakukan lingkungan, membangun kota, berkonsumsi, memelihara sumber pangan, memilih kebijakan ekonomi, kesetaraan jender, serta pilihan untuk hidup damai dan inklusif.

Menempatkan budaya sebagai pusat pembangunan dengan demikian dapat menurunkan jumlah orang miskin, meratakan kemakmuran berkelanjutan, dan menciptakan kebahagiaan karena menjadikan manusia sebagai fokus pembangunan.

Globalisasi yang telah menjadi keniscayaan saat ini akan lebih dapat diterima karena budaya lokal tetap dirawat ketika pembangunan memegang prinsip menghargai keberagaman budaya. Keberagaman budaya karenanya adalah berkah bagi Indonesia sepanjang kita bersama-sama merawatnya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Oktober 2016, di halaman 6 dengan judul "Budaya sebagai Pusat Pembangunan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger