Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 09 November 2016

TAJUK RENCANA: Tren Pengangguran Terbuka (Kompas)

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan menyusutnya angka pengangguran terbuka di Indonesia pada kurun Agustus 2015-Agustus 2016.

Pertama, ini sinyal menggembirakan. BPS menyebut ini perbaikan sangat signifikan karena belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir angka pengangguran terbuka turun. Definisi penganggur terbuka adalah angkatan kerja yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan.

Menurut BPS, jumlah penduduk bekerja meningkat dan hampir semua sektor mengalami kenaikan penyerapan tenaga kerja, kecuali sektor konstruksi. Tingkat pengangguran terbuka perdesaan lebih tinggi dari perkotaan.

Secara umum, angka pengangguran terbuka menggambarkan laju penciptaan lapangan kerja dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja. Kualitas pertumbuhan ekonomi juga diukur dari seberapa mampu ia menyerap tenaga kerja dan mengentaskan mereka dari jerat kemiskinan.

Yang jadi pertanyaan, bisakah ini berkesinambungan? Menyusutnya angka pengangguran terbuka dan meningkatnya jumlah penduduk bekerja pada satu sisi memang bukti membaiknya tingkat pengangguran yang angkanya masih tinggi dan beberapa tahun ini nyaris bergeming.

Namun, mengingat definisi penganggur terbuka BPS yang sangat longgar, kita juga perlu melihat seberapa besar angka mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal 35 jam seminggu (setengah pengangguran, pengangguran terselubung), yang jumlahnya juga masih sangat besar.

Selain itu, mereka yang bekerja ini juga diserap sektor formal atau informal. Masih tingginya angka setengah pengangguran/pengangguran terselubung serta dominannya pekerja di sektor informal menunjukkan kualitas penyerapan tenaga kerja belum seperti kita harapkan.

Hal lain, tendensi angka pengangguran terbuka yang didominasi lulusan SMK. Ini tren yang harus diwaspadai dan perlu respons kebijakan segera karena tujuan awal sekolah kejuruan itu sendiri adalah untuk mencetak tenaga siap pakai sehingga bisa menekan angka pengangguran.

Potret pengangguran tak bisa dilepaskan dari struktur, inklusivitas, dan profil pertumbuhan ekonomi. Pengangguran terbuka umumnya tak akan naik sepanjang pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen. Artinya, situasi kita masih rentan mengingat prospek pertumbuhan ekonomi nasional dan global yang diperkirakan belum akan membaik signifikan hingga 2018, bahkan 2019.

Kita juga harus mewaspadai melambatnya sektor-sektor penyerap lapangan kerja. Industri, penyumbang terbesar PDB tumbuh di bawah laju pertumbuhan ekonomi nasional, kian menguatkan sinyalemen deindustrialisasi. Pertanian juga menciut. Belanja pemerintah, investasi, dan konsumsi domestik pada triwulan III-2016 semua menciut. Data BKPM menunjukkan proyek investasi baru lebih banyak padat modal sehingga sulit diharapkan banyak menyerap tenaga kerja. Proyek infrastruktur perdesaan yang menyerap banyak tenaga kerja barangkali bisa jadi terobosan kita menekan angka pengangguran terbuka.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 November 2016, di halaman 6 dengan judul "Tren Pengangguran Terbuka".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger