Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 09 November 2016

TAJUK RENCANA: May Membuka Jalan (Kompas)

Perdana Menteri Inggris Theresa May mulai unjuk gigi. Rencana PM Inggris itu untuk mengaktifkan Pasal 50 Traktat Lisabon "terganjal".

Keputusan pengadilan tinggi mengharuskan ia meminta izin kepada parlemen. May naik banding kepada Mahkamah Agung. Ia berkeras proses perceraian dengan Uni Eropa (UE) selambatnya akan dimulai akhir Maret 2017. Begitu Pasal 50 diaktifkan, Inggris memiliki waktu dua tahun untuk bernegosiasi dengan UE.

Langkah selanjutnya, May berkunjung dua hari ke India. Di New Delhi, May meningkatkan level perdagangan kedua negara dengan memberi kemungkinan "tanpa batas" terhadap opsi-opsi di bidang industri, investasi, ekspor, dan lainnya. Inggris juga akan mengurangi semua halangan dalam relasi perdagangan, seperti kemudahan imigrasi. May menegaskan, "Peningkatan hubungan dagang tak harus menunggu Inggris keluar UE."

Ini merupakan "jawaban" May terhadap sikap UE dan juga dunia bahwa Inggris akan tetap berupaya menjadi pemimpin perdagangan bebas di dunia, dengan atau tanpa menjadi anggota pasar tunggal Eropa. Model relasi perdagangan dengan India akan menjadi salah satu cara Inggris apabila harus keluar dari pasar tunggal Eropa (hard Brexit).

Seperti kita ketahui, meskipun keluar dari blok, Inggris berkeinginan tetap berada di dalam pasar tunggal Eropa. Persoalannya, Inggris harus mau menerima persyaratan UE, di antaranya mengizinkan warga UE tinggal dan bekerja di Inggris. May menolak itu.

Kini pertanyaannya, bagaimana May bisa meyakinkan kalangan industri, finansial, dan pasar Inggris yang sangat khawatir terhadap kemungkinan "hard Brexit". Hal ini terlihat dalam reaksi pasar yang positif ketika menyambut keputusan pengadilan tinggi. Kalangan investor berharap parlemen akan mencegah May mengambil langkah "jalan keras" mengingat mayoritas anggota parlemen bukan pendukung Brexit.

Pilihan antara keras (hard Brexit) dan lunak (half Brexit) ini kembali memecah politisi Inggris. Mereka yang dulu berkampanye mendukung UE kini menginginkan Inggris tetap berada di pasar tunggal Eropa. Para politisi yang dulu mendukung Brexit kini menuntut May tidak setengah-setengah dalam menjalankan mandat mayoritas rakyat. Mereka menginginkan "jalan keras".

Ketidakpastian ini tidak hanya akan memperlambat langkah Theresa May, tetapi juga akan "menyandera" UE yang ekonominya sudah terkena dampak Brexit, serangan terorisme, dan krisis migran.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 November 2016, di halaman 6 dengan judul "May Membuka Jalan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger