Harapan itu disampaikan Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah Staffan de Mistura yang ikut dalam pertemuan di ibu kota Kazakhstan tersebut. Menurut De Mistura, pertemuan yang disponsori tiga negara itu, yakni Rusia, Turki, dan Iran, deklarasi finalnya akan segera dicapai.
Dalam pembicaraan tidak langsung, menurut De Mistura, wakil pemberontak dan pemerintah sangat intens berdiskusi. Namun, grup pemberontak yang terkait dengan kelompok radikal menyerang kelompok yang hadir di Astana.
Ketiga negara sponsor berupaya menyelesaikan pernyataan akhir untuk menetapkan mekanisme pemantauan gencatan senjata, serta membuka jalan bagi upaya perdamaian yang dipimpin PBB. Rusia dan Turki ingin segera mengakhiri keterlibatannya dalam pertempuran ini.
"Jika negara sponsor ingin melihat pertemuan ini sukses, mereka harus melakukan sesuatu di lapangan. Janji Rusia untuk mengawal gencatan senjata, tetapi di sana juga Rusia terus membikin kekerasan. Kami menunggu sesuatu lebih dari sekadar pernyataan," ujar Osama Abu Zaid, perunding senior dari kelompok oposisi.
Sebelum di Astana, perundingan damai Suriah selalu diadakan di Geneva, Swiss, dan selalu menemui jalan buntu. Beberapa kali gencatan senjata dan perundingan dilakukan, tetapi tidak menemui titik temu meskipun perundingan itu diadakan atas inisiatif PBB, serta diikuti pula Amerika Serikat dan koalisinya.
Rusia yang mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, dan Turki yang dekat dengan kelompok pemberontak, memanfaatkan kedekatan masing-masing untuk mensponsori perundingan. Awalnya, perundingan ini tidak melibatkan AS dan PBB, meski pada kenyataannya AS, PBB, dan Uni Eropa juga hadir dalam pertemuan ini.
Optimisme De Mistura masih menunggu hingga akhir perundingan kendati sejumlah pengamat menyatakan ada perbedaan terkait redaksional. Begitu pula bagaimana pembicaraan harus berlanjut di bawah naungan PBB dan apakah Rusia mampu mengelola para milisi.
Sudah jutaan warga Suriah kehilangan rumah dan ratusan ribu meninggal akibat konflik. Upaya penyelesaian secara damai perlu didukung tanpa harus melihat siapa yang berinisiatif. Sudah lebih dari lima tahun konflik Suriah berlangsung dan tidak terhitung kerugiannya, termasuk perusakan situs-situs kuno di beberapa kota di Suriah.
Kita mendukung upaya damai, sekecil apa pun kemajuan yang dicapai. Sudah terlalu lama warga Suriah menderita akibat kekerasan dan perang saudara sehingga sekecil apa pun prospek kedamaian dapat diibaratkan seperti oase di tengah gurun.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Januari 2017, di halaman 6 dengan judul "Berharap Konflik Segera Berakhir".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar