Saya terkejut membaca berita media daring pada Senin (21/3/2017) ihwal pembangunan bandara baru di kawasan Bali utara yang terkendala izin lokasi, padahal investor sudah ada.
Bali butuh bandara baru karena Bandara I Gusti Ngurah Rai sudah kelebihan kapasitas, tak mungkin lagi ada tambahan landasan pacu. Karena pembangunan bandara ini bukan prioritas pemerintah pusat, sudah lebih dari delapan tahun upaya pembangunan bandara Bali utara, yaitu Buleleng International Airport, harus menanti investor.Sekarang sudah ada dua investor, Kinesis Kanada dan Bali Mandiri. Namun, menurut Gubernur Made Mangku Pastika, pembangunan masih terkendala izin lokasi.
Hal ini sungguh patut disayangkan karena Presiden Joko Widodo hendak menggalakkan sektor pariwisata. Sudah susah payah Pemda Bali mendapatkan investor, mestinya izin tidak lagi menjadi kendala.
HANDRAWAN NADESUL, METRO ALAM, PONDOK INDAH, JAKARTA 12310
Ratifikasi
Merujuk berita Kompas (Sabtu, 18/3) berjudul "Warga Singapura Mulai Disidang di Tanjung Pinang", antara lain disebutkan bahwa Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi meratifikasi perjanjian dengan Singapura soal batas laut (9,5 km) di bagian timur Selat Singapura. Istilah ratifikasi ini perlu dikoreksi.
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, pengesahan atau ratifikasi perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Indonesia dilakukan dengan UU (Pasal 10 huruf b).
Jadi, yang dilakukan Menlu Retno bukan meratifikasi, melainkan pertukaran instrumen ratifikasi antara RI dan Singapura setelah masing-masing meratifikasi sesuai peraturan nasionalnya. Perjanjiannya ditandatangani oleh menlu masing-masing.
MUSTAKIM, SH, JL PARA DUTA, PONDOK DUTA 1, DEPOK 16951
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas informasi dan koreksi Anda.
Tawaran Paket
Tanggal 14 Maret 2017 pukul 07.34, ada tawaran paket bicara siang (hingga pukul 17.00) dari Kartu As ke semua operator selama 120 menit. Harga mulai Rp 1.500. Setelah selesai mengaplikasikan paket, saya cek *887#. Ternyata saya kena Rp 4.500.Tadinya saya kira, sebelum mengambil paket ini, PT Telkomsel memberi tahu kami berapa harga sebenarnya paket ini. Ternyata dugaan itu salah.
Jika ada ratusan pelanggan yang kurang cermat dan mengikuti program sejenis, laba PT Telkomsel bisa ratusan juta.
Ke depan, jangan lagi memakai kata-kata menjebak "dengan harga mulai Rp 1.500".
HENRYKUS SIHALOHO, PERUM BDB, SUKAHATI, CIBINONG
Uang Belum Kembali
Saya menunggu proses refund (service order 28825 dan nomor klaim G 223683814) yang dijanjikan IBox Kelapa Gading sejak Desember 2015 untukheadphone Beats saya. Ini produk mahal, Rp 5,5 juta, tetapi bantalan headphoneterlupas ketika barang baru 3-4 bulan.
Saya diberi tahu, proses refundmenunggu dari Apple pusat, paling lama 6 bulan. Saat ini sudah 1 tahun 3 bulan dan susah sekali menghubungi Ibox service Kelapa Gading. Surel (e-mail) tidak pernah dijawab. Apabila saya datang, dijanjikan layanan pelanggan akan mengirim surel untuk updateproses refund saya. Telepon ke Service Ibox Kelapa Gading tidak pernah diangkat.
ANTON, KAPUK MUARA, JAKARTA UTARA
Purnajual Filter
Setelah lima bulan menggunakan produk Marvela Hot, saya mengganti filter untuk pertama kalinya. Ternyata hasil tidak memuaskan karena kualitas air ada sedikit warna, agak pahit, dan berbau karat. Saya melapor ke layanan pelanggan Pureit.
Dua hari kemudian datang teknisi. Ia menguji air dan mengatakan hasilnya normal. Saya tidak puas karena tidak ada perubahan.
Februari 2017, saya mengganti filter Pureit untuk kedua kalinya, tetapi hasilnya sama: air agak pahit dan berbau karat. Saya telepon lagi ke layanan pelanggan. Ia menjanjikan teknisi yang sama, yang langsung saya tolak. Saya minta teknisi lain.
Akan tetapi, sampai detik ini tidak ada tanggapan dari pihak Pureit. Padahal, saya membeli filter Pureit resmi dengan harga yang tidak murah dan saya membelinya resmi di layanan suara konsumen.
Saya sudah bolak-balik menelepon, bahkan minta produk yang saya gunakan diambil kembali karena tidak ada solusi. Namun, tetap tidak ada respons.
BENNARDI WIDJAYA, MEKARSARI, DEPOK
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Maret 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar