Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 25 Maret 2017

TAJUK RENCANA: Berebut Pengaruh di Kawasan (Kompas)

Kunjungan Perdana Menteri China Li Keqiang ke Australia memiliki arti penting di tengah perubahan politik yang tengah terjadi di Amerika Serikat.

Ini adalah kunjungan pertama PM China ke Australia dalam 11 tahun terakhir dan kunjungan pejabat tinggi China pertama ke Canberra setelah Presiden China Xi Jinping dan PM Australia, waktu itu, Tony Abbott menandatangani perjanjian perdagangan bebas tahun 2015.

Pertemuan PM Li Keqiang dan PM Malcolm Turnbull terjadi saat pemerintahan baru AS masih sibuk beradaptasi mewujudkan janji kampanye Presiden Donald Trump untuk mendahulukan Amerika dan membuat AS untuk warga AS. Dampaknya, AS cenderung bersikap proteksionis, mengkritik perdagangan bebas, dan menarik diri dari kesepakatan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang dicetuskan oleh pendahulunya, Presiden Barack Obama.

Bertolak belakang dengan AS, kesempatan ini kembali digunakan China untuk menegaskan komitmen pada perdagangan bebas, seperti yang telah disampaikan Xi Jinping dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, awal tahun ini. Meskipun mengalami defisit neraca perdagangan dengan Australia hingga 50 miliar dollar AS per tahun, bagi China, hal itu bukan alasan untuk menyalahkan perdagangan bebas.

China meyakini, untuk mengatasi ketidakseimbangan neraca perdagangan, yang harus dilakukan justru memperluas perdagangan dan lebih banyak menjual. Pernyataan Li Keqiang ini seolah menyindir sikap Trump, yang menyebut Jerman telah memperlakukan AS secara tidak fair karena defisit perdagangan AS terhadap Jerman mencapai 65 juta dollar AS.

Adapun bagi Australia, China adalah pasar yang potensial untuk produk daging ternak, setelah China menghentikan impor daging dari Brasil. Australia juga perlu menjaga hubungan baik dengan China untuk meminimalisasi dampak mundurnya AS dari kesepakatan TPP. Apalagi, ada kemungkinan Trump juga akan meminta revisi atas perjanjian perdagangan bebas AS-Australia yang telah berlangsung selama 12 tahun, setelah AS menegosiasi ulang kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara dengan Meksiko dan Kanada.

Pertemuan kedua pemimpin ini menjadi penting karena pusat gravitasi dunia kini telah bergeser dari Barat ke Timur. China terus berusaha memperluas pengaruh di kawasan dengan mengajak Australia terlibat dalam konsep Jalan Sutra Baru atau One Belt One Road.

Apa yang akan dilakukan Australia dan China seusai pertemuan ini tentu akan menjadi perhatian serius negara utama di kawasan, termasuk Jepang, India, dan Korea Selatan. AS sendiri, meskipun terlihat lebih sibuk dengan urusan dalam negeri, tentu tak ingin sekutu utamanya di kawasan berpaling dan lebih dekat ke China.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "Berebut Pengaruh di Kawasan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger