Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 20 Maret 2017

TAJUK RENCANA: Merkel, Trump, dan NATO (Kompas)

Saat bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, wartawan lebih memperhatikan bahasa tubuh Kanselir Jerman Angela Merkel.

Pertemuan antara Presiden Trump dan Kanselir Merkel, Jumat (17/3), di Washington DC, diwarnai kecanggungan, bahkan kebingungan. Hanya ada sedikit kesamaan dalam berbagai bidang yang dibahas. Apalagi, Trump tidak mengulurkan tangan kepada tamunya, bahkan tawaran Merkel untuk bersalaman seolah tidak didengar oleh Trump.

Merkel berusaha tenang saat melakukan jumpa pers bersama Trump di Gedung Putih. Bahkan, Merkel tetap tenang hingga akhir jumpa pers dengan mengatakan, "Sangat lebih baik berbicara satu sama lain daripada berbicara tentang orang lain. Saya kira pembicaraan kami membuktikan itu."

"Tidak hangat, tetapi tidak ada jarak," sindir koran berhaluan kiri, Süddeutsche Zeitung, pada edisi daring yang terbit Sabtu.

Namun Bild, harian yang memiliki sirkulasi terbesar di Jerman, menulis, "Itu bisa saja jadi lebih buruk," ketika menulis hubungan Jerman dan AS yang penting bagi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan vital bagi dunia itu.

Reaksi sementara atas pertemuan itu datang dari juru bicara Merkel, Steffen Seibert, yang menyatakan pertemuan itu berlangsung positif. Seibert mengatakan, Trump mendukung upaya penyelesaian krisis di Ukraina dan mengonfirmasi pentingnya NATO.

Seibert juga menyatakan komitmen Jerman untuk menyumbangkan 2 persen dari produk domestik bruto (PDB)-nya untuk NATO pada tahun 2024. Rupanya pernyataan Seibert belum cukup bagi Trump.

Lewat Twitter, Trump mengatakan, Jerman punya utang dalam jumlah besar kepada NATO. "Jerman punya utang besar kepada NATO dan AS harus membayar lebih, dan mahal untuk kekuatan yang lebih dan pertahanan yang baik bagi Jerman," tulis Trump di Twitter.

Namun, Ivo Daalder, yang pernah menjadi utusan permanen AS di NATO pada 2009-2013, merespons pernyataan Trump. "Semua negara anggota NATO, termasuk Jerman, berkomitmen mengeluarkan 2 persen dari PDB bagi pertahanan pada tahun 2024. Selama ini lima dari 28 negara anggota NATO yang memenuhinya," tulis Daalder.

Daalder menyatakan, tak ada dana yang harus dibayarkan Jerman kepada AS. "Kontribusi itu berarti bahwa setiap anggota NATO akan berusaha meningkatkan kemampuan pertahanan mereka seiring dengan ancaman dari Rusia yang terus meningkat," tulisnya.

Bagaimana hubungan kedua negara akan dibangun, tentu tak hanya melihat kiprah anggota, khususnya AS, di NATO. Namun, pakta ini bisa menjadi barometer baik buruknya hubungan kedua negara di masa datang.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "Merkel, Trump, dan NATO".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger