Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 09 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Reperkusi Serangan Teroris di Iran (Kompas)

Serangan teroris di Teheran, Iran—gedung parlemen dan mausoleum Ayatollah Ruhollah Khomeini—semakin memperke- ruh suasana di Timur Tengah.

Tiga pekan lalu, saat berkunjung ke Arab Saudi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama dengan tuan rumah menyatakan Iran sebagai sponsor terorisme. Dua hari setelah sejumlah negara Arab, terutama Arab Saudi—salah satu alasan yang menjadi penyebab pemutusan hubungan diplomatik itu adalah karena di belakang Qatar ada Iran—memutus hubungan diplomatik dengan Qatar, terjadi dua serangan teroris di Teheran.

Apakah ada hubungan antara rangkaian peristiwa tersebut dan serangan teroris di Teheran? Yang pasti, Garda Revolusioner Iran sudah menyatakan bahwa Arab Saudi ada di balik dua serangan teroris di Teheran itu. Yang menjadi sasaran serangan teroris—menewaskan 12 orang dan melukai paling kurang 43 orang lainnya—adalah gedung parlemen dan mausoleum Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Tentu tudingan Garda Revolusioner itu akan dibantah mentah-mentah oleh Arab Saudi. Sekalipun tudingan tersebut belum tentu benar, serangan teroris dan tudingan ke arah Arab Saudi telah memberikan sumbangan pada semakin keruhnya suasana di Timur Tengah serta semakin meningkatkan perasaan saling curiga dan tidak percaya di antara negara-negara di kawasan.

Di tengah suasana yang panas itu, kelompok bersenjata yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim sebagai yang bertanggung jawab atas serangan itu. Kalau klaim itu benar, ini yang pertama kali NIIS melancarkan serangan ke Iran. Dan, serangan itu berhasil.

Terlepas dari kecurigaan Teheran terhadap Riyadh tersebut, adalah sebuah kenyataan bahwa selama ini Iran mendukung rezim Suriah pimpinan Bashar al-Assad dalam memerangi NIIS. Apakah serangan teroris itu berkaitan dengan keterlibatan Iran di Suriah dan Irak dalam menghadapi NIIS? Kalau benar, serangan di parlemen dan mausoleum Khomeini itu adalah sebuah balasan.

Balasan tersebut telah membuka kenyataan bahwa sistem keamanan Iran pun rapuh, bisa ditembus NIIS. Bahkan, mereka menyerang dua tempat yang amat penting bagi Iran: parlemen, yang menjadi simbol aspirasi demokratik setelah revolusi konstitusional 1906, dan mausoleum Khomeini, Bapak Revolusi Iran. Ini adalah pukul besar dan berat bagi Iran.

Setelah Iran, bukan tidak mungkin negara-negara lain di Timur Tengah akan menjadi sasaran kebrutalan NIIS. Apalagi kalau di antara negara di Timur Tengah terlibat persaingan dan konflik sendiri sehingga mereka lengah terhadap kemungkinan serangan NIIS. Karena itu, persatuan menjadi syarat mutlak untuk menghadapi NIIS.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Reperkusi Serangan Teroris di Iran".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger