Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 28 Juli 2017

ARTIKEL OPINI: Capaian dan Tantangan 50 Tahun ASEAN (BEGINDA PAKPAHAN)

Pada 2017, ASEAN genap berusia 50 tahun. Saat ini Filipina memegang kepemimpinan di organisasi regional tersebut.

Sekretariat ASEAN meluncurkan ASEAN in 2016, yang menjelaskan capaian dari Masyarakat ASEAN. Namun, ASEAN juga dibayang-bayangi persaingan pengaruh dari negara-negara besar di Asia Tenggara dan Asia Timur, krisis Semenanjung Korea, serta peningkatan terorisme global.

Capaian 50 tahun ASEAN

Bagi masyarakat politik dan keamanan ASEAN, ASEAN memiliki instrumen norma dan hukum di tingkat regional yang disepakati semua anggota dan mitra eksternalnya, seperti The Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) dan Declaration on Conduct of Parties in South China Sea (DOC). TAC telah disepakati dan diadopsi oleh 35 negara, termasuk semua anggota ASEAN dan para mitra eksternalnya. Semua negara yang meratifikasi TAC diharapkan aktif menjaga perdamaian dan stabilitas Asia Tenggara.

Platform kerja sama politik dan keamanan lainnya dibuat ASEAN dalam rangka menjawab pelbagai isu nonkeamanan tradisional, yaitu kejahatan transnasional, bencana alam, pengungsi, danperdagangan manusia.

Untuk masyarakat ekonomi ASEAN, ekonomi ASEAN tumbuh 4,5 persen tahun 2016 dan akan menjadi 4,6 persen tahun 2017 karena konsumsi publik dan investasi di sektor infrastruktur Asia Tenggara. Pada 2015, ASEAN berada di posisi keempat dari total perdagangannya setelah China, AS, dan Jerman, dengan jumlah 2,3 triliun dollar AS. Pada tahun yang sama, jumlah investasi asing langsung yang masuk ke ASEAN 121 miliar dollar AS, atau setara 7 persen dari jumlah investasi di seluruh dunia. Sebagai salah satu pemain penting di rantai pasok global, ASEAN terus meningkatkan posisi dan peranannya di jaringan perdagangan tingkat regional, inter-regional, dan global.

Untuk masyarakat sosial-budaya ASEAN, semua anggota ASEAN berupaya agar ASEAN berorientasi kepada seluruh rakyatnya. Mereka membangun pusat penilaian risiko atas keamanan makanan regional, mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta mengatasi pandemik kesehatan di negara-negara ASEAN. Negara-negara ASEAN juga menyetujui petunjuk pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bagi perusahaan dan buruh. Mereka juga mengaitkan Visi ASEAN 2025 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030.

Dalam kepemimpinannya di 2017, Filipina mengusung tema "Kemitraan untuk Perubahan dan Keterkaitan dengan Dunia". Enam prioritas dari ASEAN 2017 adalah: (1) berorientasi dan berpusat pada masyarakat ASEAN; (2) perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara; (3) kerja sama maritim dan keamanan; (4) pertumbuhan yang inklusif dan berinovasi; (5) ketahanan ASEAN; dan (6) ASEAN sebagai model regionalisme dan pemain global.

Pelbagai tantangan

Masyarakat ASEAN akan terhambat karena situasi kompleks dari lingkungan sekitar, khususnya isu Laut China Selatan, meningkatnya persaingan pengaruh dari negara-negara besar di Asia Tenggara, eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea, dan meningkatnya terorisme global di Asia Tenggara.

Laut China Selatan jadi perairan dan kawasan yang disengketakan kedaulatannya antara China dengan Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei. Isu Laut China Selatan menghangat karena kehadiran China dengan klaim sepihak atas kedaulatannya di Laut China Selatan meningkat, khususnya setelah keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional 2016 yang menghilangkan hak penguasaan China atas perairan itu.

Pada April 2017 ada peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea antara Korea Utara dan AS. Di satu sisi, AS bersama Korea Selatan dan Jepang mendesak Korut supaya menghentikan program nuklir dan rudalnya. AS mengirimkan kapal induk, kapal selam, dan rombongan kapal perangnya ke Semenanjung Korea. Dis sisi lain, Korut tidak mau tunduk pada desakan itu dan mempersiapkan kekuatan militernya dalam merespons situasi yang berkembang.

Kebijakan luar negeri AS di bawah Presiden Donald Trump mengedepankan kebijakan America First dengan pendekatan unilateral dan transaksional bagi dunia (termasuk Asia). Situasi itu akan meningkatkan persaingan pengaruh antara negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara dan memengaruhi perubahan peta kekuatan aliansi di Asia.

Ditambah lagi, grup ekstremis Maute, yang berafiliasi dengan NIIS, menduduki kota Marawi di Pulau Mindanao, Filipina selatan, pada 23 Mei 2017 dan melakukan serangan terhadap militer Filipina dan para warga sipil. Konflik bersenjata antara militer Filipina dan ekstremis Maute mengakibatkan 240.000 warga sipil mengungsi dari Marawi. Menurut laporan Pemerintah Filipina, jumlah korban yang tewas sebanyak 20 orang dan 2.000 orang jadi benteng hidup oleh Maute di kota tersebut. Maute dan ISIS jadi ancaman nyata terorisme bagi ASEAN dan para mitranya.

Menyikapi hal itu, persatuan dan sentralitas ASEAN di bawah kepemimpinan Filipina perlu terus diupayakan oleh semua anggota ASEAN demi menjaga penghormatan norma regional dan hukum internasional, yang mengedepankan pelaksanaan TAC dan DOC sebagai fondasi interaksi antar-ASEAN dan para mitra eksternalnya. ASEAN perlu terus membangun dialog dan konsultasi serta mendorong terciptanya kode etik, code of conduct(CoC), di Laut China Selatan. Lalu, ASEAN perlu mendorong agar Asia Tenggara jadi kawasan damai, netral, serta bebas senjata nuklir dan intervensi militer. Tujuannya adalah memelihara perdamaian dan menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara dan Timur.

Situasi ASEAN di persimpangan jalan antara capaian ASEAN memasuki usia emasnya ke-50 tahun dan tantangan yang dihadapi sebagaimana uraian di atas. Dengan tantangan seperti itu, negara-negara ASEAN perlu mengupayakan perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan berdasarkan norma regional dan hukum internasional, meredakan upaya militerisasi di perairan tersebut, menjaga persatuan ASEAN dari persaingan pengaruh negara-negara besar, mendorong Asia Tenggara bebas senjata nuklir dan intervensi militer, pemberantasan terorisme yang efektif di Asia Tenggara dan subkawasannya, serta mempertahankan peranan ASEAN dalam arsitektur regional di Asia.

BEGINDA PAKPAHAN

Analis Politik dan Ekonomi Urusan Global dari UI

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Juli 2017, di halaman 6 dengan judul "Capaian dan Tantangan 50 Tahun ASEAN".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger