Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 04 Juli 2017

TAJUK RENCANA: Musibah Dauphin dan Sileri (Kompas)

Sebagai badan pencari dan penyelamat, insting Basarnas mengirim helikopter ke lokasi Kawah Sileri di kawasan Dieng sungguh terpuji.

Sungguh tidak terduga bahwa inisiatif kemanusiaan di atas berujung musibah. Helikopter Dauphin yang dikirim Basarnas menabrak tebing gunung di Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (2/7) sore. Kita sampaikan dukacita yang mendalam. Mereka menjalankan tugas ketika suasana Lebaran belum usai, panggilan tugas membuat mereka harus berangkat.

Ditempatkan dalam konteks lebih luas, Basarnas sangat dibutuhkan negara. Apalagi, tata wajah dan geografi Indonesia, selain rentan oleh bencana, dalam banyak kasus sulit dijangkau. Yang juga terakhir dipandang perlu dukungan helikopter adalah aktivitas mudik. Hal ini terkait dengan pengalaman pada 2016 ketika lalu lintas kacau, khususnya menjelang exit Brebes. Kejadian itu sempat menelan korban jiwa karena pengguna jalan tol ada yang terjebak dalam kemacetan parah. Adanya helikopter yang siaga memberi ketenangan lebih kepada para pemudik.

Dengan demikian, peningkatan peralatan SAR dan keterampilan anggota tetap perlu terus dipupuk. Saat menolong korban kecelakaan Air Asia pada akhir 2014, peristiwa yang terjadi di tengah laut menuntut kemahiran tinggi anggota Basarnas. Hal sama juga berlaku untuk tugas SAR di darat dan lokasi sulit lain.

Kita juga ingin memberi sekadar catatan untuk pengelola kawasan Dataran Tinggi Dieng. Sudah sejak lama Dieng menjadi tujuan wisata. Kunjungan ke sana meningkat di saat liburan, seperti Lebaran.

Meski menawarkan pemandangan dan cuaca bagus, tetap tidak boleh kita lupakan bahwa Dieng merupakan daerah yang secara geologi aktif. Di harian ini, Senin, kita membaca letusan yang terjadi di Kawah Sileri setidaknya sejak tahun 1944. Letusan berulang setiap beberapa tahun sekali, terakhir pada 2009, sementara pada 2013 terjadi gempa tremor di bagian kawah.

Justru setelah memiliki rekam jejak kawah ini, kita semestinya lebih cermat dalam memantau aktivitasnya. Pemasangan instrumen pemantau dan adanya staf yang secara teratur menjaga juga satu keniscayaan.

Baik dalam kejadian di Kawah Sileri maupun penerbangan helikopter Basarnas, ada peran manusia yang terlibat. Mereka mengemban tanggung jawab yang tidak ringan dan dituntut profesional.

Dalam suasana duka, kita ingin meneguhkan niat bahwa profesionalisme Basarnas, juga pemantauan gunung dan wilayah vulkanik aktif, harus terus dipupuk dan dipelihara. Dengan demikian, manakala tugas memanggil, kita siap menyambut dengan semangat dan keterampilan tinggi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Juli 2017, di halaman 6 dengan judul "Musibah Dauphin dan Sileri".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger