Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 11 Juli 2017

TAJUK RENCANA: Waspadai Balasan NIIS (Kompas)

Pemerintah Irak memastikan Mosul yang direbut kelompok militan sejak 2014 sudah dapat dikuasai meskipun pertempuran kecil kadang masih terdengar.

Para pejuang Kurdi, Peshmerga, pejuang Arab Sunni dan Syiah, dibantu pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS), terlibat dalam upaya perebutan kembali kota tua Mosul sejak sembilan bulan lalu.

Pemerintah Irak menyatakan telah membebaskan Mosul bagian timur pada Januari lalu. Pada Oktober 2016, pemerintah menyebut kelompok militan memiliki sekitar 6.000 militan di bagian barat kota Mosul.

Pertempuran memperebutkan Mosul, kota terbesar yang direbut pemerintah dari kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), telah menyebabkan kota tua bersejarah itu hancur menjadi puing. NIIS pun masih menguasai sejumlah wilayah lain di Irak dan pertempuran kecil masih terjadi.

Akibat perang yang berkepanjangan ini, sedikitnya 900.000 warga Mosul telah meninggalkan kota itu. Hingga kini, diperkirakan sekitar 20.000 warga Mosul terjebak di daerah pertempuran dan dikhawatirkan mereka dijadikan tameng hidup oleh kelompok militan NIIS.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan, hampir separuh korban perang di Mosul adalah masyarakat sipil. Sedikitnya, 2.463 warga tewas dan 1.661 warga mengalami cedera di Provinsi Nineveh ini.

PBB memperkirakan dibutuhkan sekitar 1 miliar dollar AS untuk memperbaiki infrastruktur dasar di Mosul. Hal itu mengingat di beberapa bagian kota hampir tidak terlihat bangunan yang utuh.

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengumumkan kemenangan pasukannya dari NIIS, Minggu (9/7). Sebuah pernyataan dari kantor perdana menteri menyebutkan, Abadi tiba di Mosul dan memberi ucapan selamat kepada para pejuang dan warga Irak atas kemenangan ini.

Namun, direbutnya kembali kota Mosul tidak berarti mengakhiri ancaman NIIS yang sering melakukan pengeboman di wilayah Irak. Bahkan, Pemerintah Irak harus lebih mewaspadai serangan NIIS ke beberapa kota yang bisa menjadi tempat konsolidasi baru NIIS, seperti Tal Afar, Hawiya, dan Qaim. Namun, tanpa Mosul, dominasi kelompok militan ini di Irak sudah sangat berkurang, khususnya di daerah pedesaan.

Keberhasilan serupa di Mosul mulai tampak juga di Kota Raqqa, Suriah. Didukung pasukan AS, aliansi pejuang Kurdi dan Arab berhasil mengusir NIIS dari kota ini.

Namun, jatuhnya kota Mosul juga membuat Indonesia harus waspada, mengingat pemimpin tertinggi NIIS, Abu Bakar al-Baghdadi, jelas memerintahkan seluruh simpatisannya harus berjuang menegakkan khilafah di negeri masing-masing tempat mereka tinggal.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juli 2017, di halaman 6 dengan judul "Waspadai Balasan NIIS".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger