Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 09 Oktober 2017

Iptek dalam Khotbah//Lampu Lalu Lintas Pejaten Ditutup//Tulisan Pertanian (Surat Pembaca Kompas)

Iptek dalam Khotbah

Merujuk pada berita Kompas (9/9) halaman 10, "RI Dorong Teknologi Negara-negara Islam", dan Kompas (10/9) halaman 15, "Islam Terapkan Teknologi", sekiranya judul-judul tersebut akan lebih menunjukkan isi dalam Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam di Astana, Kazakhstan, jika diimbuhi kata ilmu.

Adalah fakta bahwa negara-negara Islam atau yang penduduknya mayoritas Muslim tertinggal jauh di bidang ilmu dan teknologi daripada negara-negara non-Islam walaupun pada awalnyaleading.

Kandungan Al Quran mengajak manusia mencari tahu ilmu dan teknologi yang Allah tunjukkan di alam raya seperti yang tercantum pada Surah Luqman (31) ayat 10 mengenai langit tanpa tiang (astronomi) dan hujan dari langit (meteorologi dan hidrologi). Di bidang embriologi mengenai perkembangan janin tercantum dalam Surah Al-Hajj (22) ayat 51. Masih banyak lagi.

Yang disampaikan pada berbagai pengajian, dalam pengamatan saya, umumnya berkaitan dengan ibadah atau psikologi yang memang langsung dirasakan atau dialami setiap hari. Dulu ada dosen ITB yang khotbahnya berkaitan dengan ilmu dan teknologi, tetapi sekarang saya tidak pernah dengar lagi yang demikian itu.

Saya juga tidak menemukan buku Tafsir Ilmi, yang direklamekan di televisi, di perpustakaan Universitas Muhammadiyah, ataupun Sekolah Tinggi Agama Islam ( IAIN) Surakarta.

Mari kita atasi ketinggalan itu sekarang. It is better now than never.

SAYOSO, KAMPUNG PATANGPULUHAN, GAJAHAN, SURAKARTA, JAWA TENGAH

Lampu Lalu Lintas Pejaten Ditutup

Sudah setahun lampu lalu lintas di Pejaten, Jakarta Selatan, ditutup. Pada prinsipnya saya setuju karena banyak kendaraan bermotor roda dua yang melawan arus dari arah Pejaten ke Pasar Minggu.

Namun, dalam kurun setahun ini, tidak diamati apa yang terjadi di sekitar Pasar Minggu, terutama pada jam sibuk. Konsekuensi lampu lalu lintas Pejaten ditutup adalah pengendara kendaraan bermotor harus memutar di depan pasar. Ini ditanggapi dengan melawan arus oleh sepeda motor serta parkir sembarangan oleh gerobak-gerobak pasar (pagi) setelah berdagang dan para ojek, baik pangkalan maupun daring.

Bus Damri yang hendak memutar ke arah terminal menjadi tersendat. Selain itu, akibat lampu lalu lintas Pejaten ditutup, pejalan kaki sulit menyeberang karena kecepatan kendaraan sangat tinggi.

Jika ingin membuat kebijakan, sebaiknya disiapkan terlebih dahulu kondisi/ keadaan akibat kebijakan diberlakukan. Sebab, yang saya lihat, orang seenaknya melanggar ketentuan jika tidak ada polisi.

SULIH TRAPSILAH, JL KEMUNING IVB NO 14A, PEJATEN TIMUR, PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Tulisan Pertanian

Sebulan terakhir harian Kompasmenurunkan banyak tulisan mengenai pertanian. Salah satunya berjudul "Tanpa 'Mipit', Kuldesak Petani Subang" (Senin 25/9). Hati ini menangis membaca kisah itu.

Cerita gagal panen tiga musim tanam berturut-turut, tentang petani yang sehabis melihat sawahnya jatuh sakit tidak kuat menahan depresi, tentang ibu-ibu yang dilarang keluar rumah supaya tidak kaget. Dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan, memang demikianlah adanya.

Saran saya, Kompas dapat mengumpulkan tulisan-tulisan yang bersifat tematis untuk dijadikan buku sebagai bahan referensi dan kajian agar tidak berulang.

Sebagai lumbung beras nasional, Kabupaten Indramayu-Subang hanya berjarak 2 jam dari Ibu Kota. Akan tetapi, sepertinya tidak terasa upaya pemerintah pusat untuk menjadikan daerah ini istimewa sebagai penyangga pangan pokok. Sepertinya mereka dibiarkan dari tahun ke tahun menjadi mesin produksi, yang harus dijual dengan harga rendah, sementara harga kebutuhan lain semakin tidak terjangkau. Mereka hanya bisa bercucuran air mata.

Di banyak negara lain, petani disubsidi pemerintahnya. Maka, pemerintah wajib menaikkan harga beli gabah kering dari petani yang dihargai Rp 4.000-5.000 per kg. Perlu subsidi minimal 300 persen dari harga sekarang. Saatnya orang kota menyubsidi petani, bukan sebaliknya.

JIMMY SANDJAYA, TANJUNG DUREN SELATAN, JAKARTA BARAT

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Oktober 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger