Diawali oleh demonstrasi antipemerintah yang menuntut Presiden Assad mundur, pada tahun 2011 terjadilah perang saudara di Suriah. Kelompok pemberontak didukung Arab Saudi dan Amerika Serikat di satu pihak melawan pasukan pemerintah yang kemudian dibantu Rusia, Turki, dan Iran di pihak lain.

Presiden Assad dituduh telah menyebabkan 80.000 warga Suriah terbunuh dan membuat 1,7 juta warga Suriah mengungsi. Bantuan Rusia dan Iran membuat serangkaian kemenangan pasukan pemerintah dalam perang saudara yang nyaris terjadi di seluruh wilayah negeri ini.

Sejak perang saudara berkecamuk, Assad seolah menggantungkan nasibnya kepada Rusia dan Iran. Tidak heran jika Assad pun memberikan dua kotanya, Tartus dan Hmeimim, menjadi pangkalan militer Rusia.

Sebenarnya, pangkalan Tartus sudah digunakan angkatan laut Uni Soviet, tetapi Rusia akan mengembangkan menjadi basis permanen 11 kapal perang, termasuk kapal nuklir. Sementara Hmeimim sudah digunakan Rusia untuk melancarkan serangan udara ke sejumlah posisi pemberontak dan oposisi Suriah, beberapa tahun terakhir. Sesuai kesepakatan, tidak ada batas waktu penggunaan pangkalan udara itu untuk berapa lama.

Kehadiran dua pangkalan permanen itu menegaskan cengkeraman Rusia yang kian dalam di Suriah. Dan Suriah pula yang menjadi satu-satunya jalan masuk Rusia ke Timur Tengah setelah AS bersama Arab Saudi membantu oposisi menggulingkan rezim Assad. Simbiosis mutualisme inilah yang membuat Rusia mempertahankan rezim Assad yang berpaham Syiah di puncak kekuasaan Suriah.

Dengan cara itu, Rusia seperti sekali dayung dua pulau terlampaui. Selain jalan masuk ke kawasan terbuka lebar, Rusia, langsung atau tidak, mulai memperbesar pengaruhnya di Timur Tengah karena dukungan dari kelompok Syiah yang ada di beberapa negara di kawasan itu.

Iran, yang sejak Revolusi 1979 ingin menjadi pemain utama di kawasan, membela mati-matian rezim Assad. Iran memanfaatkan kehadiran Rusia untuk memperlebar pengaruh di kawasan. Dengan kepentingan yang sama ini, wajar jika militer Iran terlibat dalam perang saudara di Suriah. Mayor Jenderal Qassem Soleimani, pemimpin pasukan Al-Quds, divisi pada Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi luar negeri, berkali-kali berada di Suriah.