Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 20 Januari 2018

Surat Kepada Redaksi: Bersepatu Bot di Pasar//Mohon Bantuan Direksi PLN//Tanggapan Honda//Tanggapan Sharp (Kompas)


Bersepatu Bot di Pasar

Setiap orang yang mau berbelanja di Pasar Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sebaiknya memakai sepatu bot supaya aman.

Pasar tradisional yang selalu ramai pedagang dan pembeli itu, di musim hujan seperti sekarang, tak berubah kondisinya. Entah siapa pun bupatinya, pasar tetap saja kumuh, sumpek, becek, dan semrawut. Jika masuk ke sana tanpa sepatu bot, setiap melangkah melalui lorong-lorong berlumpur yang berbau menyengat salah-salah kita bisa jatuh terpeleset. Pakaian pun bisa kotor kecipratan lumpur dari orang-orang yang lalu lalang di dalam pasar.

Saya lahir tak jauh dari Pasar Gandrungmangu, sekitar 70 tahun silam. Pasar yang berada di belakang Stasiun Kereta Api Gandrungmangu itu termasuk pasar pemasok retribusi terbesar nomor empat ke kas Pemerintah Kabupaten Cilacap setelah Pasar Gede Cilacap, Pasar Kecamatan Kroya, dan Pasar Kecamatan Majenang.

Stasiun Gandrungmangu telah diperbaiki (diperbesar) seiring dengan kian banyaknya penumpang yang naik turun dari KA. Namun, antara pihak PT Kereta Api Indonesia dan pengelola Pasar Gandrungmangu (Pemkab Cilacap) tampaknya tak ada kerja sama yang harmonis.

Kesan yang muncul: kedua belah pihak hanya memikirkan diri sendiri, mengejar tambahan pendapatan ke kas kantor masing-masing, tanpa memperhatikan kondisi setempat dan sekitarnya yang semakin amburadul.

PT KAI menyewakan lahan miliknya di sekitar stasiun dan pasar. Oleh pedagang (penyewa), di atasnya dibangun kios-kios. Namun, mereka tak diarahkan membuat saluran guna mengalirkan air hujan yang melimpas dari areal jalur rel KA yang posisinya lebih tinggi. Air langsung turun ke jalan di belakang stasiun/depan pasar hampir 1 kilometer. Jalan pun berubah menjadi "sungai kecil".

Ratiman Sutardjo
Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan

Mohon Bantuan Direksi PLN

Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah pusat karena Desa Lai Hau, Kecamatan Lewa Tidahu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, mendapat arus listrik PLN. Namun, masih ada yang dikeluhkan: PLN sering memadamkan listrik tanpa pemberitahuan. Akibatnya, barang-barang elektronik banyak yang rusak.

Alasan pemadaman, menurut informasi yang kami dengar, adalah bahwa peralatan listrik sering rusak dan pohon tumbang. Kelihatannya daerah kami agak dianaktirikan karena listrik berjam-jam dibiarkan mati, sementara di Waingapu listrik padam paling lama satu jam.

Kami mohon bantuan direksi PLN di Jakarta untuk segera memperbaiki layanan listrik di desa kami.

Paul Karanggulimu
Jl Lai Hau, Lewa, Waingapu
Sumbawa Timur, NTT

Tanggapan Honda

Menanggapi surat Bapak Tony, "Suku Cadang Tidak Ada", di Kompas(28/12/2017), perkenankan kami Penyalur Honda Nagoya sebagai penyalur resmi Honda menyampaikan keprihatinan atas keluhan yang telah Bapak Tony sampaikan.

Kami telah menghubungi Bapak Tony dan pada 30 Desember 2017 kami telah menyelesaikan keluhan yang disampaikan. Saat ini kendaraan sudah dapat digunakan sebagaimana mestinya dan Bapak Tony merasa puas.

Fajar Triyatna
Manajer Pelayanan Honda
Nagoya, Batam

Tanggapan Sharp

Sehubungan dengan surat Bapak Johan Pasagi di Kompas (11/12/2017) mengenai pelayanan purnajual produk TV Sharp, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang Bapak Johan Pasagi rasakan.

Atas keluhan itu, pada 21 Desember 2017 Kepala Sentral Pelayanan Sharp mengunjungi rumah Bapak Johan Pasagi, diterima Ibu Hermijati (istri), untuk menyampaikan langsung solusi terbaik untuk menangani TV Sharp tipe 29AXS500.

Pada 29 Desember 2017 TV tipe 29AXS500 itu selesai diperbaiki dan dikembalikan dengan kondisi sudah normal kembali. Penjelasan langsung telah kami sampaikan kepada Bapak Johan Pasagi yang tengah berada di luar kota.

Pandu Setio

Departemen Humas PT Sharp Electronics Indonesia

Kompas, 20 Januari 2018 

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger