Kesepakatan antara Partai Uni Demokrat Kristen (CDU) dan mitranya, Uni Sosial Kristen (CSU), dengan Partai Sosial Demokrat (SPD) terjadi setelah negosiasi berlangsung secara maraton. Kesepakatan terjadi setelah Jerman berada dalam ketidakpastian politik sekitar 4 bulan, pascapemilu September 2017. Namun, masih ada satu tahap lagi yang harus dilewati, yaitu referendum anggota SPD yang berjumlah 464.000 orang. Jika koalisi disepakati, pemerintahan akan terbentuk pada sekitar akhir bulan Maret.
Terlihat jelas posisi Merkel terbelenggu dalam perundingan ini, sementara posisi SPD berada di atas angin. Sejumlah keinginan SPD, seperti reformasi ekonomi, pagu bagi migran, prioritas kepentingan Eropa, dan lainnya, sudah disepakati. Pembagian kursi kabinet pun telah terjadi. SPD memperoleh sejumlah posisi kunci. Namun, konsesi terbesar yang harus diberikan Merkel adalah menyerahkan posisi menteri keuangan kepada SPD, yang selama ini "milik" CDU.
Dalam dua periode terakhir, Menkeu Wolfgang Schaeuble menerapkan ekonomi pengetatan, termasuk ketika krisis ekonomi melanda Eropa dekade lalu. Namun, kebijakan itu telah membawa Jerman menjadi kekuatan ekonomi utama di Eropa.
Berakhirnya era pengetatan Jerman akan membawa dampak baru. SPD selama ini antusias mendukung reformasi ekonomi yang dicanangkan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Itu berarti Jerman akan memberikan anggaran lebih besar bagi zona euro Uni Eropa. Merkel mendukung gagasan Macron, tetapi ia berhati-hati soal tambahan anggaran karena itu akan membebani pajak warga Jerman.
Jadi, bisa dibayangkan kegembiraan Uni Eropa menyambut koalisi ini. Terlebih lagi, Ketua SPD Martin Schulz yang sangat pro-Eropa akan menjadi menteri luar negeri. Sebaliknya, Merkel dikecam oleh partainya.
Apakah koalisi ini akan stabil? Selama dua periode pemerintahan lalu, kedua kubu ini juga berkoalisi sehingga tidak ada alasan mengapa harus tidak stabil. Namun, memang, pada masing-masing partai koalisi ini terjadi perpecahan internal, khususnya di SPD.
Dalam voting awal bulan lalu, sekitar 44 persen anggota SPD, terutama generasi muda, menolak koalisi. Alasannya, selama berada di pemerintahan, raihan suara SPD terus melorot. Namun, jika SPD menolak koalisi ini, masa depan mereka juga tidak akan lebih baik. Jajak pendapat terakhir menunjukkan, jika diadakan pemilu kembali, suara SPD akan lebih anjlok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar