Rabu malam lalu, pasukan pimpinan AS menyerbu Provinsi Deir al-Zor dan menewaskan sedikitnya 100 tentara Pemerintah Suriah. Sebelumnya, tentara pemerintah menyerang wilayah Gouta Timur dan menyebabkan sedikitnya 200 orang tewas.
Sejak konflik di Suriah terjadi tahun 2011, sudah lebih dari 465.000 orang tewas, lebih dari 1 juta orang cedera, dan 12 juta warga kehilangan tempat tinggal. Belum lagi jumlah pengungsi asal Suriah ke beberapa negara tetangga serta negara-negara di Eropa yang juga mencapai jutaan orang.
Serangan pasukan pimpinan AS diklaim sebagai balasan atas serangan oleh tentara Suriah yang diduga menggunakan senjata gas beracun. Namun, Pemerintah Suriah menyatakan, pasukan koalisi membombardir pasukan yang memerangi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) serta Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Namun, AS menegaskan, sudah mengonfirmasi rencana serangan itu kepada pejabat Rusia.
Kelompok oposisi selama ini mendapat dukungan dana dan senjata dari AS, Arab Saudi, dan beberapa negara tetangga Suriah lainnya. Sementara Presiden Bashar al-Assad dan loyalisnya mendapat dukungan penuh Rusia. Perbedaan kepentingan dua kekuatan besar ini membuat tiap-tiap pihak di Suriah terasa sulit mengakhiri konflik.
Ketegangan baru bisa terjadi tidak hanya antara Damaskus dan Washington, tetapi juga antara Moskwa dan Washington. Wajar jika negara pendukung Assad, yakni Rusia, Turki, dan Iran, sepakat bertemu. Turki menyatakan siap menjadi tuan rumah untuk pertemuan itu. Meski belum tahu kapan akan digelar, para pemimpin itu telah melakukan pembicaraan melalui telepon.
Namun, masyarakat internasional ragu apakah pertemuan itu akan berhasil menemukan solusi damai. Sedikitnya lima pertemuan internasional sudah digelar untuk mencari solusi damai di Suriah, tetapi semuanya gagal karena ada dua kekuatan besar, Rusia dan AS, yang berbeda kepentingan.
Apalagi, Kamis malam, Turki kembali menyerbu basis milisi Kurdi dari satuan Unit Pelindung Rakyat (YPG), oposisi Assad yang bersama AS memerangi NIIS. Pesawat Turki dilaporkan menyerang sedikitnya enam titik basis YPG.
Kontak intensif antara Rusia, Turki, dan Iran mencerminkan makin kuatnya dukungan mereka terhadap Assad. Di sisi lain, AS sejak awal mensyaratkan Assad lengser dari kursi kepresidenan sebagai bagian dari penyelesaian damai Suriah. Dengan serangan ini, hampir dapat dipastikan perbedaan antara AS dan Rusia kian meruncing, dan penyelesaian damai butuh waktu lebih lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar