Harian Kompas, Senin, 26 Februari lalu menurunkan berita "Selisih Harga Makin Lebar" terkait dengan kenaikan harga bahan bakar minyak khusus jenis pertalite dan pertamax per 24 Februari 2018. Selisih harga dengan premium yang semakin lebar dapat memicu peningkatan konsumsi premium.
Melalui surat ini perlu saya sampaikan bahwa sebelum terjadi kenaikan harga pun, warga Palangkaraya khususnya dan Kalimantan Tengah umumnya telah kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi, baik itu premium maupun solar.
Pertama, hanya sebagian kecil SPBU yang menjual BBM bersubsidi. Kedua, warga selalu harus mengantre panjang, bersusah payah bersaing, dan berebut "jatah" BBM bersubsidi dengan barisan panjang sepeda motor bertangki gemuk dan besar, juga mobil-mobil tua dan truk yang turut mengantre panjang hingga ke badan jalan.
Kadang-kadang mobil pun masih membawa jeriken untuk diisi. Maka, pada sore hingga malam hari BBM bersubsidi telah habis. Sungguh mengerikan apabila ada orang yang menyalahgunakan BBM bersubsidi dengan mengambil untung di atas penderitaan rakyat.
Demikian gambaran klise kesulitan warga mendapatkan BBM bersubsidi di daerah. Warga sebenarnya sudah "biasa saja" dengan keadaan demikian. Kiranya persoalan ini dapat segera diatasi oleh pihak-pihak berwenang, seperti BPH Migas, aparat penegak hukum/kepolisian, tim terpadu, dan pemerintah daerah, agar BBM bersubsidi benar-benar sampai ke tangan rakyat yang membutuhkannya.
FRANSISCO, Warga Palangkaraya
Ditelantarkan Maskapai Penerbangan
Pada 19 Desember 2017, saya dan keluarga, total enam orang, terbang menggunakan Cathay Pacific C798/CX06 dari Jakarta ke Chicago lewat Hong Kong dan sudah punya reservasi terkonfirmasi untuk pulang dari New York via Hong Kong, 5 Januari 2018 dengan CX841/ CX719.
Pada 4 Januari 2018, New York ditimpa badai salju. Sore harinya saya mendapat SMS dari Cathay Pacific bahwa penerbangan CX841 tanggal 5 Januari 2018 dibatalkan.
Cathay Pacific tidak memberitahukan apa yang harus kami kerjakan atau kapan kami bisa pulang ke Jakarta.
Berdasarkan informasi dari agen perjalanan di Jakarta, pada 5 Januari 2018 kami menghubungi sentral aduan CX 1-800-2332742, tetapi selalu sibuk atau tidak ada yang menjawab. Akhirnya kami ke gerai CX di Bandara JFK (New York) dan diberi tahu bahwa penerbangan kami ditunda sampai dengan 11 Januari 2018.
Waktu protes, kami dianjurkan menghubungi situs Cathay Pacific untuk menyampaikan keluhan atau klaim.
Selama enam hari terkatung-katung di New York, kami tidak pernah dihubungi atau ditawari bantuan oleh Cathay Pacific. Kemudian klaim dan keluhan kami ditolak dengan alasan penerbangan dibatalkan akibat cuaca buruk yang di luar kemampuan mereka.
Pengalaman kami waktu menggunakan maskapai penerbangan lain, setiap kali pesawat tertunda keberangkatannya lebih dari 2–3 jam, semua penumpang, baik kelas ekonomi maupun bisnis, diberi makanan dan minuman. Apabila penumpang harus menginap, maskapai penerbangan yang baik dan bertanggung jawab menanggung biaya penginapan dan makan semua penumpang.
Kami sangat kecewa dengan Cathay Pacific: terkatung-katung enam hari di New York, kami tidak dipedulikan. Pihak Cathay Pacific juga menolak mengganti biaya hotel kami meski tiket kami kelas bisnis.
Kami anjurkan kepada pembaca Kompas, apabila bepergian agar memilih perusahaan penerbangan yang baik dan bisa dipercaya ketimbang menggunakan Cathay Pacific yang terbukti tidak bertanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar