Dalam kongres Partai Uni Demokratik Kristen (CDU), Kanselir Jerman Angela Merkel mencanangkan alih generasi. Ia bukan hanya menempatkan wajah baru dan muda dalam kabinetnya, melainkan juga menyiapkan suksesi kepemimpinan partai.

Merkel menetapkan pemimpin Negara Bagian Saarland, Annegret Kramp-Karrenbauer, sebagai Sekretaris Jenderal CDU. Langkah ini jadi isyarat suksesi di CDU saat Merkel meninggalkan gelanggang politik kelak. Annegret Kramp-Karrenbauer, yang bisa disebut AKK, selama ini dianggap sebagai "Merkel mini" karena ia memiliki sejumlah kualitas kepemimpinan Merkel.

Prestasinya antara lain berhasil membawa CDU sebagai partai terpopuler di Saarland. Hasil itu membawa dampak positif meluas bukan hanya bagi internal partai, melainkan juga bagi popularitas CDU dalam pemilu September lalu. Merkel juga kagum pada etos kerja AKK yang beberapa waktu lalu mengalami kecelakaan mobil, tetapi terus bekerja dengan memberikan komando dari ranjang rumah sakit.

Tuntutan agar CDU mengubah diri dan tak sepenuhnya bergantung pada sosok Merkel menjadi isu sentral CDU saat ini. Gagalnya CDU membentuk koalisi dengan Partai Hijau dan Partai Demokrat Bebas (FDP) pada November lalu, juga kegagalan Merkel untuk mempertahankan isu-isu yang dikampanyekan CDU sewaktu melakukan negosiasi dengan Partai Sosial Demokrat (SPD), menunjukkan bahwa era keemasan perempuan terkuat di Eropa itu mulai pudar. CDU harus bersiap menghadapi era tanpa Merkel.

Merkel memilih tokoh muda Jens Spahn (37), yang selama ini dikenal sebagai pengkritik paling vokal kebijakan Merkel, sebagai anggota kabinet. Spahn dan sebagian anggota senior CDU menginginkan agar arah partai dikembalikan ke khitahnya, yaitu partai konservatif yang cenderung ke "kanan tetapi demokratis". Pandangan ini menguat di CDU sejak sebagian besar pemilih CDU lari ke partai ekstrem kanan, Alternatif untuk Jerman (AfD), karena menentang kebijakan migran Merkel.

Saat ini Merkel masih harus menunggu hasil referendum anggota SPD. Jika mayoritas menyetujui, pemerintahan koalisi CDU-SPD kemungkinan bekerja pada akhir Maret. Jika tidak, opsi yang tersisa adalah pemilu ulang.

Namun, pertanyaannya, seberapa jauh koalisi ini akan bertahan mengingat koalisi selama delapan tahun terakhir telah berdampak negatif terhadap perolehan suara kedua partai. Di satu sisi, SPD juga ingin kembali ke jati dirinya sebagai partai sosialis dengan memprioritaskan isu-isu kemanusiaan dan kesejahteraan yang selama ini pudar karena berkoalisi dengan CDU.