Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 23 Agustus 2018

Gempa dan Rumah Sakit//Taman Inggit Garnasih//Politik Harus yang Mendidik//Pintu Transjakarta di Halte UKI (Surat Pembaca Kompas)


Gempa dan Rumah Sakit

Gempa di Lombok merenggut dan mengancam nyawa banyak orang dan pelayanan medis sangat dibutuhkan. Saat ini di Lombok banyak rumah sakit yang rusak sehingga korban harus ditangani di luar rumah sakit.

Pada 2009, tema Hari Kesehatan Sedunia adalah "When disaster strike, safe hospital save life". Untuk itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan hospital safety index (HSI), suatu alat penilai struktur dan nonstruktur rumah sakit agar tetap berfungsi jika ada gempa. Ini suatu mitigasi, upaya pengurangan risiko bencana.

Pada kesempatan ini, saya mengimbau rumah sakit melakukan penilaian memakai HSI, terutama oleh keluarnya peta gempa/sesar baru mengakomodasi lebih banyak sesar yang baru ditemukan.

Ali Imam
Bukit Cemara Tujuh Blok VII,
Malang, Jawa Timur

Taman Inggit Garnasih

Saya tidak bisa menyembunyikan rasa kagum atas semangat juang seorang Inggit Garnasih semasa beliau menemani suaminya, Bung Karno, pada masa perjuangan dengan suka duka era prakemerdekaan.

Inggit memang tidak mendampingi suaminya di puncak kariernya: menjadi orang nomor satu dan tinggal di istana kepresidenan. Inggit hanya mengantarkan ke "pintu gerbang". Tidak masuk ke dalam.

Dalam rangkaian perayaan Hari Proklamasi, saya mengusulkan agar halaman belakang Istana Merdeka yang rimbun hijau dengan rerumputan dinamai Taman Inggit Garnasih.

Semoga usul saya menjadi bahan pertimbangan pihak yang berwenang.

WIYATNI
Jalan Poncol Jaya, Kuningan Barat,
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan


Politik Harus yang Mendidik

Politik sejak dulu sampai saat ini kuyup dengan adagium hitam. Jargon negatif politik antara lain "kekuasaan cenderung korup", "tujuan menghalalkan segala cara", dan "siapa mendapat apa".

Adalah seorang Huntington yang memberi perspektif optimistis dan positif dengan pendapatnya bahwa kekuasaan tak hanya korup, tetapi juga mendidik, power not only tends to corrupt, but also educates.

Coba kita renungkan pemikiran tentang politik yang mendidik dari penerima Nobel Perdamaian 1991, Aung San Suu Kyi: sesungguhnya bukan kekuasaan yang menciptakan kebejatan, melainkan ketakutan.

Takut kehilangan kekuasaan merusak mereka yang biasa memilikinya. Takut diungguli orang lain atau takut terhina telah menjadi pendorong maksud-maksud jahat.

Maka, untuk mendapatkan hasil nyata politik yang mendidik dan merealisasikan perspektif optimistis terhadap frasa politik yang cenderung negatif di Tanah Air dan di mata kaum milenial, Bawaslu harus aktif menggugat mahar politik satu triliun rupiah kepada dua partai politik.

Didi Marsidi
Mantan "Anak Jalanan" Tahun '66


Pintu Transjakarta di Halte UKI

Sebagai pengguna bus transjakarta, saya prihatin melihat pintu masuk keluar di halte UKI. Penumpang yang turun ataupun penumpang yang naik dari halte tersebut sering saling berbenturan karena penegakan aturan yang tidak tegas.

Jalur untuk penumpang naik kadang-kadang sekaligus untuk penumpang yang turun dalam waktu yang sama. Petugas bus transjakarta ada yang tegas dan ada yang longgar alias terkesan tak acuh menghadapi penumpang yang berdesak-desakan.

Ketegasan petugas bus transjakarta semestinya seragam. Jika tidak, penumpang lama-kelamaan menjadi terbiasa tidak berdisiplin mengikuti jalur yang telah ditentukan.

Jangan lupa bahwa halte UKI termasuk padat. Lagi pula, petugas di halte tersebut kelihatannya cukup banyak. Penegakan aturan jangan sampai setengah hati.

Menegakkan aturan dan hukum tak boleh main perasaan supaya ketertiban dan kelancaran naik-turun penumpang bus transjakarta berjalan dengan baik.

Abdul Kadir Soleman
Jalan Gorda RT 008 RW 006, Kelurahan Lubang Buaya,

Jakarta Timur

Kompas, 23 Agustus 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger