Investasi infrastruktur di Asia-Pasifik akan kian semarak, diramaikan prakarsa baru pembiayaan berbagai infrastruktur oleh AS-Jepang-Australia di kawasan ini.

Kemitraan trilateral AS dan dua sekutu utamanya ini disinyalir untuk mengembalikan pengaruh mereka di kawasan dan meredam pengaruh geostrategis China yang kian kuat, yang dibangun beberapa tahun terakhir lewat inisiatif megaproyek infrastruktur jalur sutra modern Satu Sabuk Satu Jalan (OBOR) yang menghubungkan negara-negara Asia, bahkan Eropa.

Meski sinyalemen itu dibantah Menteri Perdagangan dan Investasi Australia Steve Ciobo, pernyataan Menlu AS Mike Pompeo menunjukkan sebaliknya. Pompeo menjanjikan satu era baru keterlibatan dan komitmen AS yang akan menentang upaya negara mana pun untuk mendominasi kawasan Indo-Pasifik. Pernyataan Pompeo secara tak langsung menunjuk China.

Prakarsa di bidang investasi itu tak berdiri sendiri. Bersama India, ketiga negara juga berencana membentuk kemitraan di bidang keamanan untuk meredam ambisi China.

Kegerahan terhadap manuver militerisasi China di Laut China Selatan sudah sering disuarakan oleh sejumlah pejabat AS. Dalam berbagai kesempatan, mereka juga menuding OBOR kendaraan China untuk melebarkan pengaruh di kawasan dan melakukan praktik pemberian pinjaman yang menjerat (predatory lending) ke negara-negara kecil. China juga dituding mencampuri urusan negara lain dalam kaitan proyek kabel laut di Solomon yang melibatkan perusahaan telekomunikasi raksasa China, Huawei.

Ini bukan pertama kalinya AS menggalang koalisi untuk mengepung China. Bagi negara berkembang Asia, posisi strategis mereka sebagai primadona dalam perebutan pengaruh antara dua kutub kekuatan besar membuka peluang bakal ada kucuran lebih deras arus investasi di tengah kebutuhan masif pembiayaan infrastruktur. Investasi 1 triliun dollar AS diperkirakan bakal mengucur ke berbagai proyek infrastruktur di Asia dalam satu dekade ini. Posisi sebagai target perebutan pengaruh juga memungkinkan negara di Asia bisa memilih mitra lebih baik dalam membangun infrastruktur dan menegosiasikan klausul-klausul yang menguntungkan mereka.

Di tengah berbagai kritik terhadap antagonisme AS lewat retorika America First-nya, Pompeo, yang akan melakukan lawatan ke Malaysia, Singapura, dan Indonesia pekan ini, menegaskan bahwa AS tetap berkomitmen terhadap Asia. AS sudah mengumumkan investasi 113 juta dollar AS di bidang teknologi baru, energi, dan infrastruktur di negara berkembang Asia. Jumlah ini memang kerdil dibandingkan 760 miliar dollar AS yang akan dikucurkan China. Namun, Pompeo mengatakan, jumlah itu baru "uang muka" dari era baru komitmen ekonomi AS terhadap perdamaian dan kemakmuran Indo-Pasifik.