Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 20 September 2018

Gerakan Nasional Jual Dollar//Merawat Sarana Asian Games 2018//Pendanaan Kembali Dwidaya (Surat Pembaca Kompas)


Gerakan Nasional Jual Dollar

Beberapa waktu lalu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengimbau rakyatnya menjual dollar Amerika Serikat untuk membantu pemerintah menahan laju penurunan nilai tukar lira terhadap dollar AS.

Bagaimana dengan Indonesia? Perlukah pemerintah mendeklarasikan Gerakan Nasional Menjual Dollar AS untuk menahan laju penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang belakangan ini kian tajam?

Kita asumsikan bahwa 2 persen rakyat Indonesia—sekitar 5 juta orang—memiliki simpanan rata-rata 20.000 dollar AS. Kalau mereka menjual setengah dari simpanan dollar AS yang mereka miliki, yaitu 10.000 dollar AS (sebaiknya dijual ke bank milik pemerintah), akan terkumpul 50 miliar dollar AS. Jumlah yang sangat fantastis. Sangat memadai untuk "melawan" kurs dollar AS yang membandel.

Gerakan ini tentu harus dimulai dari para elite di negeri ini: eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pengusaha. Lalu diikuti warga pada umumnya yang memiliki simpanan dollar AS. Momentum keberhasilan penyelenggaraan Asian Games 2018 yang telah memicu nasionalisme luar biasa bisa dipakai untuk memulai gerakan nasional ini.

Fendi
Apartemen Laguna-Pluit,
akarta Utara


Merawat Sarana Asian Games 2018

Asian Games XVIII-2018 Jakarta-Palembang telah berakhir. Bangsa Indonesia bisa bernapas lega: sukses jadi tuan rumah yang baik, sukses mendulang prestasi gemilang, dan mendapat dukungan luar biasa dari warga berupa pemasangan spanduk terkait penyelenggaraan Asian Games. Yang tak kalah menggembirakan ialah penonton yang bersemangat sekaligus memperlihatkan kesantunan dan keramahtamahan.

Saat Asian Games 2018 baik peserta maupun penonton dan penyelenggara tampak menjunjung tinggi sportivitas, baik atlet maupun penonton: menghargai kemenangan lawan.

Kini saatnya kita merawat sarana olahraga yang dipersiapkan dan digunakan dalam Asian Games 2018 itu: Gelora Bung Karno dan Jakabaring berikut area sekitarnya sebagai energi bagi kebangkitan prestasi olahraga di Indonesia.

Bambang Gunawan
Jl Manggis 1, Kel Manggarai Selatan,
Jakarta Selatan

Pendanaan Kembali Dwidaya

Saya kecewa dengan pengembalian dua tiket yang makan waktu cukup lama dan informasi tak transparan dari Saudi Arabian Airlines (SV). Kedua tiket atas nama saya dan kakak saya untuk perjalanan pulang-pergi Jakarta-Toronto yang dijadwalkan pada Oktober 2018.

Pembelian kami lakukan pada Maret 2018 melalui Dwidaya Tour Cabang Mal Aeon BSD.

Pada 9 Agustus 2018, saya dapat informasi bahwa SV tak lagi terbang ke Kanada mulai 15 Agustus 2018 karena ada masalah diplomatik kedua negara. Pada 9 Agustus itu juga, saya menghubungi bagian peniketan Dwidaya/Nn Nadya untuk pendanaan kembali selekas mungkin karena saya harus beli tiket lagi pada maskapai lain.

Dwidaya menyatakan tidak dapat melaksanakan pendanaan kembali sebelum ada konfirmasi resmi dari SV.

Karena terlalu lama menunggu, pada 20 Agustus 2018 saya berinisiatif mendatangi kantor SV di Menara Imperium, Kuningan, Jakarta. Di sana saya bertemu dengan Saudara Janurdi dari bagian pelayanan penumpang.

Janurdi menjelaskan, Dwidaya harus melakukan permintaan pendanaan kembali melalui sistem. Pada hari yang sama, saya dapat konfirmasi dari Dwidaya bahwa proses pendanaan kembali sudah masuk pada sistem.

Setelah itu, tak terjadi apa-apa. Telepon, surel, WA, dan segala bentuk komunikasi yang saya lakukan untuk segera mendapat pendanaan kembali tidak diindahkan pihak Dwidaya sampai surat ini saya tulis.

Mengapa pendanaan kembali makan waktu cukup lama meski pembatalan penerbangan dilakukan pihak maskapai?

Flaviana
Jl Cempaka, Kompleks Kodam,

Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Kompas, 19. September 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger