Asian Games Ke-18 telah berakhir. Indonesia sukses dalam penyelenggaraan dan sukses juga dalam prestasi. Asian Para Games menanti di bulan Oktober 2018.
Pelaksanaan Asian Games mendapat pujian. Presiden Dewan Olimpiade Asia Sheikh Ahmad al-Fahad al-Sabah dalam sambutannya mengatakan, "Indonesia, kalian hebat." Sementara Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach mengatakan, "Di antara negara Asia Tenggara, menurut saya, Indonesia salah satu negara yang terbaik untuk menyelenggarakan Olimpiade." (Kompas, 3 September 2018)
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi menyukseskan Asian Games. Presiden Joko Widodo yang selalu bersikap optimistis, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menjadi Ketua Dewan Pengarah Inasgoc, Wakil Ketua Dewan Pengarah Inasgoc Puan Maharani, Ketua Inasgoc Erick Thohir, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta menteri lainnya. Terima kasih juga harus disampaikan kepada aparat keamanan, atlet, sukarelawan, dan penonton.
Mereka berkontribusi besar dalam mewujudkan Indonesia sebagai energi Asia. Kita berharap sukses dalam penyelenggaraan, sukses dalam prestasi, dan diikuti sukses dalam administrasi. Kita juga harus jujur melihat banyak medali diperoleh dari cabang non-Olimpiade. Ini pekerjaan rumah menuju Olimpiade 2020.
Jika melihat rekaman pemberitaan media massa, menjelang pelaksanaan Asian Games, kritik dilancarkan kepada pemerintah. Ada yang meragukan kemampuan pemerintah menggelar Asian Games karena persiapannya mepet dan meragukan prestasi atlet Indonesia. Dalam negara demokrasi, kritik itu wajar.
Merujuk pada pemberitaan Kompas, 29 November 2015, "OCA Cemaskan Kesiapan Indonesia". Kompas, 4 Maret 2017, menulis, "55 Tahun Tanpa Pembelajaran-Persiapan Asian Games 2018 Mengkhawatirkan". Kritik yang keras. Namun, kritik konstruktif itu direspons dengan kerja keras. Kritik memacu pemerintah sigap menyelesaikan apa yang belum diselesaikan.
Kita mengapresiasi langkah pemerintah menjadikan kritik sebagai upaya memperbaiki diri untuk mencapai tujuan. Kenyataan itu menunjukkan pemerintah tidak alergi terhadap kritik konstruktif. Dan, terbukti kritik membuahkan hasil kesuksesan.
Kritik sebagai bagian dari demokrasi tak perlu ditabukan. Kritik sebagai bagian dari kebebasan berpendapat tidak perlu dikekang atau malah ditindak secara melawan hukum seperti pada masa menjelang jatuhnya Orde Baru. Kritik harus dijawab dengan kerja keras, dijawab dengan data, dijawab dengan narasi-narasi yang membanggakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar