Ayah saya berumur 67 tahun dan sejak enam bulan ini mengalami gangguan berkemih. Beliau sering berkemih dan jika berkemih, menurut beliau, tidak tuntas. Ayah juga mempunyai penyakit jantung koroner dan darah tinggi.
Menurut dokter, penyakit jantung ayah saya dapat dikendalikan melalui pengaturan makan, olahraga, dan minum obat, belum perlu pasang ring atau operasi. Tekanan darah ayah saya setahun belakangan ini terkendali, sekitar 140/90. Menurut dokter, tekanan darah tersebut cukup baik, tak perlu diturunkan lagi, tetapi obat darah tinggi tetap harus diminum.
Sebulan yang lalu, ayah mengalami kesulitan berkemih secara total. Beliau merasa ingin berkemih, tetapi tak bisa keluar. Malam hari, saya membawanya ke ruang gawat darurat, dilakukan pemasangan kateter dan keluar air seni sampai sekitar 1 liter. Dokter juga memberi surat, ayah harus berkonsultasi dengan dokter spesialis urologi.
Nah, di sini saya yang menemani ayah menjalani perjalanan yang cukup panjang. Ayah saya peserta BPJS dan beliau harus mengikuti jalur yang ada. Setelah berkonsultasi dengan puskesmas dekat rumah, ayah dirujuk ke rumah sakit. Di sini ayah diperiksa secara fisik, termasuk pemeriksaan colok dubur, juga dilakukan ultrasonografi. Hasilnya, didapatkan kelenjar prostat ayah membesar dan ayah dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai spesialis urologi.
Di rumah sakit ini, dokter spesialis urologi melakukan pemeriksaan laboratorium tambahan. Kesimpulannya, ayah menderita pembesaran kelenjar prostat dan kemungkinan bukan kanker.
Dokter menganjurkan agar kelenjar prostat ayah dioperasi. Saya sebagai anak bungsu harus merundingkan dulu dengan ibu dan kedua kakak saya. Mereka semua setuju karena tak ingin ayah mengalami kesulitan berkemih lagi. Saya berulang-ulang ke rumah sakit untuk mempersiapkan operasi ayah.
Untunglah saya sudah selesai kuliah, sekarang sedang mempersiapkan skripsi, jadi saya sempat menemani ayah. Saya menemani ayah ke dokter spesialis penyakit dalam. Ayah harus diperiksa laboratorium tambahan, termasuk apakah ada gangguan dalam pembekuan darah, fungsi hati, dan sebagainya.
Setelah itu, saya mengantar ayah berkonsultasi dengan dokter jantung untuk penilaian apakah keadaan jantung ayah memadai untuk operasi. Sebelum operasi, ayah juga diperiksa dokter anestesi. Jadi, sungguh perjalanan yang cukup panjang sebelum ayah dijadwalkan operasi. Dokter menjelaskan, semua itu untuk mempersiapkan agar ayah saya dalam keadaan yang layak untuk menjalani operasi prostat.
Operasi berjalan lancar dan ayah sudah boleh pulang dua hari setelah operasi. Sekarang saya yang heran, mengapa secepat itu, padahal ayah saya masih belum mampu berjalan baik dan ke kamar mandi sendiri.
Saya berharap beliau bisa istirahat sekitar seminggu sehingga benar-benar pulih. Saya curiga, ayah dipulangkan mungkin untuk menghemat biaya rumah sakit karena ayah peserta BPJS.
Sebelum pulang, ayah mendapat penjelasan lengkap, termasuk cara latihan di rumah, obat yang diminum, dan kapan harus kembali ke rumah sakit untuk mencabut kateter yang masih terpasang.
Pertanyaan saya adalah apakah memang penilaian kelayakan operasi harus melibatkan banyak dokter dan pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang lengkap? Apakah benar sekarang pada umumnya pasien yang menjalani operasi secepatnya dipulangkan? Saya juga memperhatikan, setelah operasi, ayah hanya mendapat obat nyeri, tak ada suntikan antibiotik. Apakah ini bukan kelalaian? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di J
Tindakan operasi sekarang memiliki keberhasilan tinggi dan juga semakin aman. Dibandingkan dengan orang dewasa muda, pasien usia lanjut mempunyai risiko yang lebih besar dalam tindakan operasi karena pada umumnya, pasien usia lanjut juga mempunyai penyakit kronik, seperti darah tinggi, jantung koroner, dan diabetes melitus.
Namun, ini tak berarti orang usia lanjut sebaiknya tidak menjalani operasi. Dengan persiapan yang baik, manula dapat menjalani operasi, bahkan operasi yang terbilang berat sekalipun. Untuk mengurangi risiko pada operasi, setiap orang yang akan dioperasi dinilai kelayakannya dalam menghadapi operasi.
Dokter mengupayakan agar sebelum menjalani operasi terencana, keadaan pasien sebaik mungkin. Jika ada penyakit, keadaan penyakitnya hendaklah dalam keadaan stabil. Obat-obat yang diminum dinilai apakah akan memengaruhi operasi.
Obat pencegah pembekuan darah, misalnya, perlu dihentikan dulu sementara. Jika ada infeksi, infeksi juga harus disembuhkan terlebih dulu. Begitu pula keadaan gula darah dan tekanan darah tinggi perlu terkendali lebih dahulu.
Semua ini untuk keselamatan pasien. Berapa dokter spesialis yang terlibat dalam mempersiapkan operasi tergantung pada keadaan pasien dan operasi yang akan dilakukan.
Jika perlu, dokter yang terlibat mempersiapkan operasi mengadakan pertemuan untuk membahas keadaan pasien sehingga pasien dalam keadaan terbaik sebelum dioperasi. Jika pasien memerlukan operasi mendadak, persiapan ini dilakukan sesingkat mungkin.
Sebelum operasi memang ada pemberian antibiotik pencegahan, biasanya hanya sekali suntik. Namun, setelah operasi, jika tak ada gejala infeksi, pasien tidak perlu mendapat antibiotik.
Dewasa ini disadari perawatan pasien setelah operasi lebih baik singkat saja. Perawatan dapat dilanjutkan di rumah dan dengan kebijakan seperti ini, risiko tertular penyakit selama perawatan menjadi berkurang. Begitu pula sekarang mobilisasi setelah operasi juga dipercepat.
Pasien didorong agar lebih cepat duduk dan berjalan serta melakukan mobilisasi. Pasien berusia lanjut yang berbaring pasif di tempat tidur setelah operasi berisiko lebih tinggi untuk mengalami emboli (butiran darah yang menyumbat pembuluh darah). Jadi, benar bahwa pada perawatan setelah operasi terbaru tak digunakan antibiotik jika tak ada indikasi dan pasien hanya dirawat sebentar saja kemudian dipulangkan.
Di rumah, pasien harus melanjutkan minum obat seperti yang dianjurkan dokter. Keluarga dan dokter yang merawat dapat menjalin komunikasi sehingga jika ada masalah dapat diatasi bersama. Pada keadaan mendadak bahkan pasien dapat diperiksa kembali di ruang poliklinik atau ruang gawat darurat.
Pemulihan setelah operasi berjalan bertahap dan memerlukan waktu. Dukungan keluarga, baik dukungan fisik maupun psikis, amat membantu.
Pasien secara bertahap harus makan sehingga dia dapat makan seperti keadaan sebelum operasi. Penggunaan obat diawasi agar sesuai dengan petunjuk dokter, tak ada yang terlupa. Keadaan suhu, nadi, dan tekanan darah dapat dipantau di rumah oleh keluarga yang telah dilatih.
Sekarang juga tersedia peralatan kedokteran yang dapat digunakan keluarga, seperti tensimeter, termometer, bahan alat laboratorium untuk pemeriksaan gula darah. Sesuai dengan kemajuan pemulihan, pasien yang telah menjalani operasi dapat kembali ke aktivitasnya sehari-hari.
Semakin cepat mobilisasi, semakin baik. Apalagi, pasien berusia lanjut rentan terhadap komplikasi pneumonia jika lama tiduran pasif setelah operasi. Saya senang Anda mendapat kesempatan menemani ayah menjalani operasi sehingga Anda lebih memahami prosedur layanan di rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar