Sejak dua tahun yang lalu saya pindah dari Jakarta ke sebuah kota kecil mengikuti suami yang bertugas di kota ini. Saya sudah mempunyai dua anak, yang pertama berusia tiga tahun dan yang kedua sembilan bulan. Selama di tempat tinggal yang baru ini saya harus menyesuaikan diri. Biasa berdiam di kota besar yang sibuk, sekarang tinggal di kota kecil yang minim fasilitas.
Namun, saya mulai menikmati berdiam di kota kecil yang tenang ini. Kami sekeluarga mempunyai dokter keluarga yang berpraktik dekat rumah. Pengalaman berobat di dokter keluarga ini juga merupakan pengalaman baru bagi saya.
Di Jakarta saya sekeluarga berobat ke rumah sakit dan dilayani oleh dokter spesialis. Biaya berobat kami ditanggung oleh perusahaan. Sekarang kami sekeluarga hanya berobat di tempat praktik dokter yang tak jauh dari rumah kami. Anak-anak saya mendapat layanan imunisasi di dokter keluarga kami ini. Jika sakit ringan seperti flu dan diare, saya juga berobat ke dokter keluarga.
Namun, mertua laki-laki saya yang berumur 68 tahun di Jakarta sekarang tak ada yang menemani sehingga suami saya akan mengajak mertua saya tinggal dengan kami. Saya tak ada masalah dengan kedatangan mertua saya ini.
Namun, yang saya khawatirkan adalah penyakit mertua saya. Beliau menderita diabetes melitus dan penyakit jantung koroner.
Di kota saya ini dokter spesialis penyakit dalam agak jauh dari rumah kami, jaraknya sekitar 10 kilometer, karena beliau praktik di rumah sakit. Apakah dokter keluarga kami mampu mengobati penyakit mertua saya nanti?
Sepengetahuan saya, dokter umum hanya mengobati penyakit ringan sehingga kami akan mengalami kesulitan dalam menjaga kesehatan mertua saya.
Mohon penjelasan dokter mengenai kemampuan dokter umum Indonesia. Apakah dokter umum mampu memelihara kesehatan mertua saya nanti? Terima kasih atas penjelasan dokter.
M di T
Layanan kesehatan di Indonesia telah diupayakan untuk disebarkan secara merata. Dewasa ini, ada sekitar 10.000 puskesmas di seluruh Indonesia yang tersebar sampai ke daerah terpencil. Memang benar tenaga kesehatan kita masih belum cukup. Ditambah lagi dengan penyebaran yang belum merata maka masih ada daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Kementerian Kesehatan sudah berusaha menyebarkan tenaga kesehatan ini melalui program.
Diharapkan jumlah lulusan tenaga kesehatan semakin banyak serta penempatannya merata, termasuk di kota-kota kecil dan daerah terpencil. Kementerian Kesehatan sudah mempunyai program untuk menempatkan tenaga kesehatan, termasuk dokter spesialis di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTKP). Kita harapkan program ini berjalan baik sehingga seluruh masyarakat kita dapat dilayani dengan baik.
Tinggal di kota kecil memang mempunyai keuntungan dan kekurangan. Keuntungannya di kota kecil tidaklah sesibuk kota besar, lalu lintas jalan tak macet sehingga ke mana-mana tidak memakan waktu lama. Namun, di kota kecil fasilitas umumnya lebih sederhana. Anda beruntung sudah mempunyai dokter keluarga serta juga ada rumah sakit yang meski agak jauh dari rumah sudah mempunyai tenaga dokter spesialis.
Mengenai upaya untuk memelihara kesehatan mertua Anda tentulah merupakan upaya yang penting. Kita berharap dia senang tinggal bersama keluarga Anda dan dapat hidup dengan kualitas hidup yang baik. Beliau dapat bercengkerama dengan anak dan cucu beliau.
Pendidikan dokter termasuk lama. Setelah empat tahun (8 semester) mahasiswa kedokteran dapat menjadi sarjana kedokteran dan mendapat gelar dokter SKed. Meski sudah mendapat gelar sarjana kedokteran, mereka belum boleh menjalankan praktik dokter. Sarjana kedokteran harus menjalani pendidikan dua tahun lagi sebelum mendapat gelar dokter.
Dewasa ini dalam pendidikan kedokteran diberlakukan ujian nasional. Jadi, mahasiswa kedokteran negeri ataupun swasta tidak hanya harus menjalani ujian di universitasnya, tetapi juga harus lulus ujian nasional. Ujian nasional ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu lulusan dokter di Indonesia.
Jumlah mahasiswa yang ingin masuk fakultas kedokteran masih tinggi sehingga diberlakukan saringan masuk dan saringan ini cukup ketat sehingga yang lulus adalah mahasiswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
Pendidikan kedokteran kita menerapkan pendidikan kedokteran dunia sehingga lulusan dokternya mampu melayani masyarakat serta mempunyai sikap memperbarui kemampuannya secara terus-menerus.
Kita juga mewajibkan dokter untuk menjalani professional development supaya dapat terus mengikuti kemajuan ilmu kedokteran. Kewajiban ini dikaitkan dengan izin praktik dokter. Jadi, jika dokter tak menjalani pengembangan profesi dengan baik, dia tidak akan mendapat izin praktik yang harus diperbarui lima tahun sekali.
Bagaimana dengan kemampuan dokter umum Indonesia? Dulu Pemerintah Malaysia menugasi banyak dokter umum dari Indonesia di puskesmas mereka. Ternyata dokter umum kita prestasinya baik di Malaysia. Mereka dianggap mampu mengatasi persoalan masyarakat dan mendukung kesehatan individu.
Masyarakat Malaysia juga merasa nyaman dengan layanan dokter Indonesia. Cukup banyak dokter lulusan Indonesia yang kemudian menetap dan bekerja di Malaysia.
Kenapa di Indonesia dokter umum masih kurang dihargai? Masyarakat menghargai insinyur, sarjana hukum, ataupun sarjana ekonomi, tetapi masih banyak masyarakat yang kurang percaya kepada dokter umum. Seperti yang telah dikemukakan, untuk menjadi dokter umum, pendidikannya lama, mahasiswanya diseleksi dengan ketat, serta pengalaman untuk melayani pasien juga lama sebelum dianggap mampu untuk bekerja mandiri. Jika sang dokter tak mengikuti program pengembangan profesi, maka izin praktiknya tidak diberikan.
Masyarakat sudah terbiasa mendapat layanan dokter spesialis. Demam ke dokter spesialis penyakit dalam, kulit gatal ke dokter kulit, pilek ke dokter spesialis telinga hidung tenggorok. Mereka dapat langsung ke dokter spesialis karena mereka membayar dari kantong sendiri.
Di negara mana pun pemerintah menyediakan sistem layanan berjenjang. Pasien jika sakit ke dokter umum dan jika tak dapat ditangani dokter umum barulah dirujuk ke dokter spesialis. Jika dokter spesialis tidak mampu mengobati, dirujuk ke dokter konsultan.
Pada umumnya sekitar 70 persen masalah kesehatan di masyarakat dapat diselesaikan dokter umum. Jadi, dokter umum merupakan garda terdepan layanan kesehatan kita. Sisanya barulah dirujuk ke dokter spesialis dan jika perlu dirujuk selanjutnya ke dokter konsultan.
Dalam penatalaksanaan penyakit diabetes melitus dan penyakit jantung koroner, dokter umum atau dokter keluarga juga berperan meski tak berarti bahwa penyakit tersebut akan selalu ditangani dokter umum.
Sesuai dengan tingkat kesulitan, penyakit tersebut dapat dirujuk ke dokter spesialis dan kemudian mungkin juga perlu dirujuk ke dokter konsultan. Namun, rujukan bersifat dua arah. Artinya, dokter spesialis jika menganggap pasien sudah stabil dan pengobatannya sudah berhasil mencapai yang diinginkan dapat merujuk balik pasien sehingga pengobatan selanjutnya dilakukan kepada dokter umum.
Jadi, sebenarnya pada penyakit kronik seperti diabetes melitus dapat terjadi rujukan dari dokter umum ke spesialis, begitu pula dari spesialis ke dokter umum.
Dewasa ini, pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan peran dokter umum dengan melengkapi alat kedokteran di puskesmas serta juga melengkapi pelatihan dan pendidikan dokter umum sesuai dengan masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar