Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 22 Juni 2019

Bandara Baru yang Tertunda//Koboi Jalanan (Surat Pembaca Kompas)


Bandara Baru yang Tertunda

Beberapa hari ini muncul berita ketertundaan pemanfaatan bandara udara baru, antara lain Bandara Kertajati dan bandara baru Yogyakarta. Kita semua tahu, tetapi sering lupa prinsip utama transportasi; transportasi bukan tujuan akhir, tetapi memfasilitasi dan melayani tercapainya tujuan akhir untuk berdagang, berwisata, dan sebagainya, secara aman.

Artinya, harus tersedia fasilitas dan layanan penghubung tempat asal dan tujuan akhir, harus tersedia fasilitas dan layanan door-to-door. Selengkap dan semewah apa pun bangunan atau fasilitas kedua bandara udara itu, tanpa ketersediaan layanan door-to-door, sulit bagi kedua bandara berfungsi. Dikhawatirkan prinsip door-to-door ini sering terlupakan tidak hanya terbatas bagi kedua bandara, juga dalam keseluruhan perencanaan dan pembangunan berbagai fasilitas dan layanan transportasi.

Pembangunan jaringan jalan arteri nasional sangat perlu. Namun, tanpa adanya jaringan kolektor dan lokal, hanya pemodal besar yang akan memanfaatkan jaringan arteri itu. Bisa jadi untuk sekadar "menguras habis" kekayaan alam daerah tanpa peduli dengan ekosistem lingkungan setempat.

Pada gilirannya, hal ini menjadikan penduduk lokal terbatas menjadi penonton di rumah sendiri, bahkan menjadi korban meluasnya kerusakan lingkungan seperti banjir bandang, longsor, dan sebagainya.

Semoga segera terwujud keterpaduan perencanaan dan pembangunan untuk terwujudnya fasilitas dan layanan door-to-door tersebut. Keterpaduan ini melibatkan para pihak, antara pemerintah dan masyarakat dunia usaha maupun masyarakat setempat, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, antardaerah, dan antarsektor baik di pusat maupun di daerah.

Hanya dengan mengurangi ego-ego sektoral, keterpaduan tersebut menemukan aktualitasnya.

BS Kusbiantoro
Kecamatan Cicendo, Bandung


Koboi Jalanan

Pada Jumat (14/6/2019) kita dihebohkan media sosial lewat video seorang pria mengacungkan pistol kepada pengguna jalan di Jl Alaydrus, Gambir, Jakarta Pusat. Tindakan ini sangat membahayakan pengguna jalan: sewaktu-waktu bisa mencelakai yang ada di sekitar kejadian itu.

Entah dengan motif apa pria tersebut berhenti, keluar dari kendaraannya mengacungkan pistol, dan berjalan ke arah pengemudi lain. Entah karena emosional, marah, jengkel, atau hal lain yang tak bisa kita duga, perbuatannya sangat membahayakan keselamatan orang lain.

Saya pernah mengalami dua kali hal serupa di Makassar. Karena tidak ada yang mengabadikan, peristiwa itu tidak jadi viral.

Salah satunya terjadi kurang lebih tiga bulan yang lalu di suatu pagi yang ramai pada jalur sepeda motor yang memisahkan jalur bebas hambatan (tol) dan jalan umum yang dilalui warga setempat (Kecamatan Tallo, Makassar).

Seorang pria tua memboncengkan perempuan muda dengan sepeda motor. Pria tua itu sangat emosional. Sumpah serapah keluar dari mulutnya kepada lelaki muda yang berhenti di samping sepeda motornya. Seketika pria tua tersebut membuka jok motornya dan mengambil pistol. Belum sempat pistol diarahkan kepadanya, pria muda meninggalkan tempat kejadian.

Perempuan muda yang membonceng lelaki tua dengan pistol itu berusaha meredam amarah sang lelaki: "Sudahmi, Pak, sudahmi" dalam logat Makassar.

Kejadian itu memancing pengguna jalan (sepeda motor) lain berhenti menyaksikan peristiwa itu hingga sang pria tua meninggalkan lokasi.

Dengan alasan apa pun, tindakan yang menimbulkan keresahan dan ketakutan di jalan umum itu perlu ditindak tegas pihak berwajib.

Muhammad Musmulyadi

Jl Bontoa Indah, Makassar

Kompas, 22 Juni 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger