Bisnis transportasi daring (online) sepertinya tak memiliki kepastian dalam jangka panjang. Di samping banting harga, tak ada inovasi lain yang membuat mereka bisa berbisnis dalam jangka panjang.
Perusahaan pun harus memutar haluan untuk mencari atau membesarkan bisnis lain berbasis data yang didapat dalam bisnis transportasi daring. Fenomena di Uber dan tentu perusahaan transportasi daring lainnya mungkin bisa menjadi indikasi bisnis yang mentok ini.
Beberapa waktu lalu, Uber, perusahaan transportasi daring berbasis di San Francisco, Amerika Serikat, diberitakan merekrut banyak tenaga yang berlatar belakang pernah bekerja di perusahaan teknologi finansial (tekfin) dan perbankan. Jumlahnya lebih dari 100 orang.
Di samping itu, mereka juga tengah belanja ruang kantor dengan luas sekitar 300.000 kaki persegi atau sekitar 28.000 meter persegi di kawasan premium New York dengan harga sewa sekitar 24 juta dollar AS per tahun. Langkah Uber ini menjadi diskusi di kalangan pengamat industri digital, apa yang tengah terjadi?
Laman CNBC menyebutkan, langkah Uber ini merupakan bagian dari meningkatkan layanan pelanggan Uber dan juga meningkatkan kesetiaan bagi pelanggan Uber. Meski demikian, para pengamat melihat, alasan itu hanya bagian kecil dari aksi korporasi Uber.
Rencana Uber pasti lebih besar dari yang disebutkan itu karena Uber sendiri sudah memiliki program imbalan (reward) bagi pelanggan setia dan bila alasan itu, mereka cukup merekrut para pekerja bank untuk layanan keuangan mereka.
Sebuah tulisan di laman Forbes berusaha mengungkap kemungkinan-kemungkinan di balik aksi korporasi Uber itu. Penulis yang bernama Ron Shevlin mengatakan, kemungkinan Uber bukan mengincar konsumennya, tetapi malah mengincar pasar para pengemudi yang bergabung dengan mereka.
Berdasarkan sebuah survei, hampir separuh dari pengemudi berusia 30 sampai 49 tahun dan sepertiga dari mereka adalah keturunan Afroamerika dan Hispanik. Survei lainnya menunjukkan, sebanyak 4 dari 10 pengemudi Uber memiliki penghasilan yang tidak menentu.
Data lainnya menunjukkan, sekitar 47 persen pengemudi tidak membeli produk asuransi untuk perlindungan diri mereka. Sisi berikutnya dari para pengemudi Uber adalah 1 di antara 5 pengemudi memiliki pekerjaan sampingan. Kemudian, lingkaran terluar atau sisi terluar dari profil pengemudi Uber adalah mereka yang tidak bergantung sepenuhnya dari penghasilan mengemudi, tetapi mendapatkan asuransi atau pinjaman yang disediakan oleh jasa layanan transportasi daring.
Oleh karena itu, sangat masuk akal bila Uber membangun layanan keuangan yang sangat dekat dengan mereka, yaitu para pengemudi yang mempunyai kebutuhan layanan perbankan, tetapi selama ini tak bisa dilayani jasa keuangan konvensional.
Merekrut karyawan sekitar 100 orang dan menyewa ruangan kantor dengan luas 300.000 kaki persegi mungkin akan membantu mereka dalam membuat bisnis baru di luar jasa layanan transportasi daring. Uber sebenarnya telah membuat kerja sama dengan lembaga keuangan, seperti penerbit kartu kredit, uang digital, dan jasa pembayaran PayPall.
Meski demikian, beberapa kalangan menduga aksi korporasi ini dilakukan untuk mendiversifikasi pendapatan karena jasa transportasi daring tak banyak memberikan harapan pada masa depan akibat persaingan yang ketat.
Diversifikasi ini dilakukan menyusul penawaran saham perdana Uber tak memuaskan. Bahkan, harga saham Uber hingga saat ini masih di bawah harapan. Pada Mei lalu, saat penawaran saham perdana harga sahamnya 45 dollar AS per lembar, tetapi saat ini di bawah angka itu. Uber juga belum memberikan keuntungan setiap kali mengeluarkan laporan keuangan.
Langkah Uber ini tergolong terlambat karena perusahaan transportasi daring lainnya, seperti Go-Jek dan Grab, telah membuat tekfin sejak beberapa tahun yang lalu. Mereka kini tengah bersaing untuk mendapatkan pasar jasa keuangan. Di beberapa negara, tekfin bekerja sama dengan bank untuk memperkuat layanan.
Perusahaan tekfin ini pula menjadi bentuk diversifikasi usaha transportasi daring di banyak negara. Go-Jek dan Grab lebih siap melakukan diversifikasi usaha karena mereka telah mengembangkan aplikasi super sehingga mudah melakukan pengembangan usaha baru. Pada masa depan, sangat mungkin usaha-usaha baru itu yang akan menghasilkan uang lebih besar dibandingkan jasa transportasi daring yang tak kunjung memberikan kejelasan pendapatan.
Alasan diversifikasi usaha juga dilakukan karena aturan transportasi daring makin ketat. Di beberapa negara, mereka mendapat pengaturan yang membuat bisnis itu tidak berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar