Korea Utara, Sabtu lalu, menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut lepas pantai di sebelah timur wilayah negara itu. Penembakan rudal oleh Pyongyang ini merupakan yang ketujuh kalinya setelah pertemuan Pemimpin Korut Kim Jong Un dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di perbatasan Korut-Korea Selatan, dua bulan silam.

Seperti ditulis harian ini Minggu (25/8/2019), aksi Korut tersebut dianggap enteng oleh Trump. Menurut dia, tidak ada penerapan pembatasan terhadap uji coba rudal jarak dekat Korut. Karena itu, apa yang dilakukan Pemerintah Korut dengan meluncurkan rudal pada akhir pekan silam tidak melanggar apa pun.

Trump dan Kim bertemu pertama kali pada Juni 2018 di Singapura setelah pada 2017 Pyongyang melakukan tes nuklir dan berkali-kali menggelar uji coba rudal balistik. Keduanya sepakat untuk mewujudkan penghapusan senjata nuklir di Semenanjung Korea, tetapi kesepakatan tersebut tidak disertai detail target serta jadwal tahapan denuklirisasi.

Kedua pemimpin bertemu lagi pada 2019 di Vietnam tanpa hasil sama sekali. Keinginan Kim agar sanksi atas negaranya dicabut tidak dipenuhi oleh Trump. AS beralasan Korut belum sepenuhnya menghancurkan kekuatan nuklirnya.

Di tengah kebuntuan, Trump dan Kim bertemu lagi pada Juni 2019. Kali ini, keduanya bertemu di perbatasan Korsel-Korut. Muncul harapan agar denuklirisasi dan langkah-langkah pencabutan sanksi ekonomi atas Korut dimulai kembali pasca-pertemuan di perbatasan Korsel-Korut. Namun, sampai kini, tetap tak ada kemajuan apa pun.

Dalam situasi itulah, Korut menggelar tujuh penembakan rudal jarak pendek. Langkah ini dapat dilihat sebagai pesan Pyongyang bahwa Korut sampai sekarang tidak berniat untuk mencabut moratorium uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang diterapkannya sendiri.

Korut paham, jika moratorium dicabut, prospek negosiasi dengan AS dapat hilang, padahal Kim sangat berkepentingan agar sanksi atas negaranya dicabut. Bagi Pemimpin Korut, hanya pencabutan sanksi yang bisa membuat rencananya untuk membangun negara itu bisa terwujud.

Tes rudal terbaru yang dilakukan Korut dapat dilihat sebagai sesuatu yang logis di tengah kebuntuan negosiasi diplomatik dengan AS. Korut ingin memberi pesan, negosiasi terkait denuklirisasi guna menghapus sanksi atas negara itu merupakan sesuatu yang penting.

AS dan mungkin negara lain perlu memberikan dukungan terhadap proses tersebut. Serangkaian uji coba rudal dan nuklir yang dilakukan Korut pada 2017 juga dilihat sejumlah kalangan dalam konteks ini. Uji coba pada 2017 dinilai bertujuan meningkatkan posisi Korut sehingga bernegosiasi dengan Kim adalah penting.


Kompas, 26 Agustus 2019