Persoalan utang sering kali membuat kepala pening. Apalagi belakangan ini kita sangat dimudahkan untuk berutang meskipun sebenarnya kita tidak benar-benar membutuhkannya.
Setiap pagi, pesan singkat berupa penawaran utang terus berdatangan. Belum lagi telepon dari bank penerbit kartu kredit dengan segala persuasinya.
Fasilitas cicilan nol persen dari kartu kredit sering kali membuat kita terlena. Walaupun terlihat hanya Rp 500.000 per bulan, ketika kita memiliki enam macam cicilan, jika masing-masing Rp 500.000 saja, sudah menghasilkan tagihan cicilan Rp 3 juta per bulan.
Menurut para perencana keuangan, dompet kita akan sehat jika cicilan maksimal hanya 30 persen gaji. Jika gaji kita Rp 10 juta per bulan, maksimal tagihan cicilan bulanan semestinya Rp 3,3 juta. Jika ada enam macam cicilan sebesar total Rp 3 juta, meskipun tanpa bunga, tetap akan membuat dompet "bernapas" berat.
Salah satu patokan untuk mencapai keuangan yang sehat tanpa utang adalah memperhatikan rasio utang. Seperti yang telah disebutkan, rasio paling besar semestinya 30 persen saja dari pendapatan bulanan untuk semua utang.
Ya, semua utang, termasuk utang KPR, KPM, utang tanpa agunan, utang daring, hingga utang koperasi atau utang kepada mertua dan ipar.
Ketika rasio utang sudah melewati 30 persen, alternatif yang bisa kita lakukan adalah hidup lebih hemat, mencari penghasilan tambahan, atau menjual aset.
Jika utang sudah kadung melewati 30 persen, lunasilah utang dengan prioritas yang berbunga tinggi, seperti kredit tanpa agunan. Selanjutnya, tetap berpegang pada rasio 30 persen.
Beberapa hal yang perlu diingat untuk menjaga rasio tersebut tetap terjaga adalah mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Terkadang, kita merasa memerlukan sebuah benda seperti telepon seluler baru akibat pengaruh gencarnya iklan. Padahal, kita masih memiliki telepon seluler yang dapat berfungsi baik.
Menyesuaikan gaya hidup dengan pendapatan akan membuat keuangan tetap sehat ketimbang memaksakan diri dengan bergaya jauh di atas pendapatan.
Selain pinjaman daring, kartu kredit juga bisa menjadi jebakan untuk berutang. Perlu diingat kembali bahwa kartu kredit adalah alat bayar bukan alat utang.
Kalaupun ada fasilitas cicilan tanpa bunga, pastikan rasio utang masih berada pada rasio sehat. Jika memang tidak ada tagihan cicilan tanpa bunga, lunasilah penggunaan kartu kredit setiap bulannya.
Sebaiknya tidak mudah tergiur dengan penawaran-penawaran utang secara daring. Utang daring merupakan utang tanpa agunan yang mengenakan suku bunga sangat tinggi.
Baca juga: Investasi Kepala
Apalagi jika terlambat membayar, bunga akan berbunga terus meski saat ini sudah ada aturan Otoritas Jasa Keuangan yang membatasi pengenaan bunga.
Risiko diteror debt collector pun sangat besar. Hindari juga menutup utang dengan utang baru seperti gali lubang tutup lubang karena hal itu tidak menyelesaikan masalah.
Berutang pada tahun 2020 boleh-boleh saja, asal tetap berpegang pada rambu-rambu sehingga keuangan tetap sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar