Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 02 Februari 2020

CATATAN TIMUR TENGAH: Modernisasi Sukses di Jepang, tetapi Gagal di Mesir (1) - MUSTHAFA ABD RAHMAN)


CATATAN TIMUR TENGAH

Modernisasi Sukses di Jepang, tetapi Gagal di Mesir (1)

Mesir dan Jepang sama-sama melakukan modernisasi sejak lama. Namun, modernisasi di Mesir gagal, sementara di Jepang berhasil. Apakah penyebabnya?

OlehMUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·6 menit baca

Musthafa Abd Rahman, wartawan senior Kompas

Universitas Al-Azhar di Mesir menggelar konferensi internasional tentang pembaruan pemikiran Islam selama dua hari, Senin dan Selasa (27-28/1/2020).

Inisiatif Al-Azhar menggelar konferensi itu bisa disebut bertolak dari kesadaran tentang betapa proyek pembaruan dalam semua sektor kehidupan di dunia Islam merupakan keniscayaan saat ini.

Dalam konteks momentum tersebut barangkali sangat tepat, mengingat fenomena para cendekiawan Muslim yang sering mempertanyakan mengapa umat Islam mundur, tetapi umat lain bisa maju. Banyak pula artikel di berbagai media Arab saat ini yang ditulis para cendekiawan Arab yang mengagumi kemajuan Jepang, China, dan Korea Selatan.

Beberapa artikel itu secara khusus sering membandingkan proses modernisasi di Mesir dan Jepang. Mengapa sering membandingkan Mesir dan Jepang?

Mesir adalah pioner dalam sejarah modernisasi di dunia Arab. Namun, Mesir masih kategori negara berkembang saat ini, sedangkan Jepang adalah negara termaju di Asia.

AFP/KHALED DESOUKI

Pemandangan Sungai Nil yang membelah Kairo, Ibu Kota Mesir, 26 Januari 2020.

Padahal, modernisasi di Mesir lebih dulu hampir setengah abad dari pembaruan di Jepang. Modernisasi di Mesir dimulai dari era Muhammad Ali Pasha (1805-1848 M). Adapun modernisasi di Jepang baru dimulai pada era Dinasti Meiji yang terkenal dengan restorasi Meiji (1868-1912 M).

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kesuksesan modernisasi di Jepang dan gagalnya modernisasi di Mesir.

Pertama, Jepang secara geografis terletak di Asia Timur yang jauh dari wilayah konflik. Hal itu membuat Jepang jauh dari aksi campur tangan asing atau invasi negara asing. Kondisi tersebut membuat Jepang bisa lebih berkonsentrasi melakukan pembaruan secara berkesinambungan tanpa gangguan atau upaya penggagalan dari kekuatan asing.

Sebaliknya, Mesir secara geografis berada di wilayah Timur Tengah atau titik temu tiga benua, yakni Eropa, Afrika, dan Asia, yang sarat konflik dan ajang rebutan antara kekuatan-kekuatan besar sejak dahulu kala. Maka, Mesir sering menjadi sasaran campur tangan atau invasi asing. Hal itu membuat Mesir tidak bisa berkonsentrasi atau gagal melakukan secara berkesinambungan proyek modernisasi negara.

Kedua, Mesir dan Jepang sama-sama memulai modernisasi dengan proyek modernisasi militer dan industri pendukungnya, serta pemungutan pajak dari jaringan industri untuk biaya impor teknologi militer. Sebagian besar anggaran negara pada era Muhammad Ali Pasha untuk militer. Pada 1839, jumlah anggota militer Mesir mencapai 150.000 personel. Jumlah itu adalah yang terbesar dan paling modern di wilayah Dinasti Ottoman pada zamannya.

AP PHOTO

Tentara Mesir berpatroli di kendaraan lapis baja, didukung oleh helikopter, di kawasan Sheikh Zuweyid, Sinai, Mesir, 12 Mei 2013. Mesir memulai modernisasi pada era Muhammad Ali Pasha melalui modernisasi militer.

Namun, militer Mesir yang kuat dan modern dari hasil modernisasi pada era Muhammad Ali Pasha segera dilemahkan sedemikian rupa oleh penguasa Mesir setelah Muhammad Ali Pasha. Puncaknya, ketika kolonial Inggris masuk Mesir (1882-1952 M) yang langsung menghancurkan militer Mesir wasiran Muhamamd Ali Pasha agar tidak mampu lagi melawan kolonial Inggris.

Sebaliknya, Dinasti Meiji di Jepang berhasil melakukan modernisasi militer Jepang secara cepat dengan cara mengimpor teknologi militer terbaru dari Barat dan sekaligus berhasil melakukan alih teknologi militer dari Barat ke Jepang. Modernisasi militer Jepang terjadi secara berkesinambungan dan bahkan semakin berkembang dari rezim ke rezim.

Dinasti Meiji mengalokasikan dana 200 juta yen antara tahun 1877 dan 1894 untuk modernisasi militer. Selain itu, dialokasikan dana 130 juta yen untuk modernisasi angkatan laut Jepang.

Hal itu membuat jepang mampu membangun industri militer sendiri yang modern dan kemudian bersaing dengan Barat. Maka, pada akhir abad ke-19 M dan awal abad ke-20 M, Jepang memiliki militer terkuat dan termodern di Asia sehingga mampu melakukan ekspansi dan kolonialisasi di China, Korea, hingga Asia Tenggara.

KYODO NEWS VIA AP

Kapal induk helikopter Jepang J JS Kaga merapat di Subic, Zambales, Filipina, 1 September 2018. Jepang mulai memodernisasi militernya pada masa Meiji.

Ketiga, Mesir telah dipengaruhi budaya Barat sejak beberapa abad. Namun, puncak interaksi Mesir dengan Barat terjadi ketika ekspedisi Perancis ke Mesir yang dipimpin Napoleon Bonaparte (1798-1801 M). Lalu, pada Era Muhammad Ali Pasha terjadi pengiriman pemuda-pemuda Mesir untuk belajar ke Eropa, khususnya Perancis.

Akan tetapi, proyek modernisasi Muhammad Ali Pasha dan penguasa Mesir berikutnya ternyata gagal membangun Mesir yang modern. Hasil statistik di Mesir tahun 1907 cukup mengejutkan saat itu, yaitu 93 persen rakyat Mesir masih buta huruf.

Besarnya jumlah buta huruf itu menunjukkan gagalnya proyek modernisasi Muhammad Ali Pasha dan penguasa Mesir setelahnya. Hal itu berandil besar atas gagalnya pembentukan kelas menengah dari warga lokal di Mesir saat itu yang menyebabkan terus lemahnya ekonomi nasional Mesir.

Maka, kelompok kelas menengah di Mesir saat itu berasal dari non-rakyat Mesir, yakni warga Eropa Barat, Yunani, Yahudi, Armenia, Lebanon, dan Suriah.

Selain itu, ditengarai pendidikan di Mesir terlalu konsentrasi pada bidang humaniora, filsafat, dan sastra. Mereka kurang memberi perhatian pada teknologi dan ilmu-ilmu terapan.

KOMPAS/MUSTHAFA ABD RAHMAN

Suasana di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, pada 12 Maret 1996.

Sebaliknya, sejak era sebelum restorasi Meiji, sudah cukup tersebar pendidikan di Jepang. Namun, gerakan restorasi Meiji yang menganut persamaan pendidikan antara kaum lelaki dan wanita semakin membuat pendidikan di Jepang berkembang.

Pada 1907, tingkat warga berpendidikan di Jepang mencapai 97 persen. Pada era Meiji, tersebar luas lembaga pendidikan negeri ataupun swasta di Jepang. Pendidikan Jepang juga fokus pada bidang ilmu-ilmu terapan dan teknologi.

Pada era Meiji juga dilakukan gerakan penerjemahan besar-besaran buku-buku dari Eropa dan Amerika serta mengundang dosen, peneliti, pakar dari Eropa dan Amerika untuk mengajar di berbagai lembaga pendidikan di Jepang.

Pada akhir abad ke-19 M, Jepang sudah menguasai teknologi Barat dan warga Jepang sudah bisa mengganti tenaga ahli dari Barat di lembaga pendidikan mereka, serta bahasa Jepang menjadi bahasa resmi di lembaga pendidikan negara itu.

Keempat, di Mesir ataupun Jepang pada abad ke-19 M telah terpatri keyakinan bahwa melakukan modernisasi tidak mungkin terjadi tanpa mengimpor atau mengadopsi teknologi Barat.

KOMPAS/RINI KUSTIASIH

Bangunan gedung belajar untuk kalangan mahasiswa internasional atau global building Soka University di Tokyo, Jepang, Selasa (7/1/2020).

Maka, pada era Muhammad Ali Pasha, telah dikirim sebanyak 339 pemuda Mesir untuk belajar berbagai disiplin ilmu di Eropa. Namun, Mesir gagal melakukan kebijakan alih teknologi dari Barat ke Mesir sehingga gagal pula melahirkan produk teknologi lokal. Pada gilirannya, gagal lahir industri modern dari hasil karya anak bangsa di Mesir.

Adapun pada era dinasti Meiji, persisnya antara tahun 1869 dan 1879, telah dikirim sebanyak 280 pemuda Jepang ke Eropa. Jepang pun kemudian sukses besar melakukan alih teknologi dari Barat ke Jepang sehingga kemudian lahir produk teknologi yang bahkan lebih inovatif dari hasil karya anak bangsa Jepang. Hal itu lalu berdampak atas tumbuh kembangnya industri modern di Jepang.

Gerakan modernisasi lalu merambah semua sektor di jepang, seperti sektor birokrasi, ekonomi, pendidikan, dan militer. (Bersambung)

MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
Kompas, 31 Januari 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger