Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 31 Juli 2020

UNESCO GEOPARK: Strategi Pendidikan dalam Geopark Kaldera Toba (RIDUAN SITUMORANG)


KOMPAS/NIKSON SINAGA

Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima (ketiga dan kedua dari kanan) berwisata ke kawasan Danau Toba di Bukit Singgolom, Desa Lintong Nihuta, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Kamis (12/3/2020). Kunjungan itu diharapkan bisa mendorong peningkatan kunjungan wisata dari Belanda ke kawasan Danau Toba. 

Dalam sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, 7 Juli 2020, Kaldera Toba akhirnya resmi ditetapkan menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark, setelah sempat ditolak pada pengusulan sebelumnya. Namun, diterimanya Kaldera Toba bukan berarti tugas sudah selesai. Ada enam rekomendasi UNESCO untuk Kaldera Toba.

Dari keenam rekomendasi itu, setidaknya dua rekomendasi terkait dengan strategi pendidikan: mengembangkan strategi pendidikan dengan bekerja dalam kemitraan dengan UNESCO Global Geopark lainnya serta meningkatkan strategi juga kegiatan pendidikan untuk memfasilitasi pengembangan program pembelajaran dengan alat interaktif untuk siswa sekolah.

Bersama teman-teman di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) dan di berbagai komunitas lainnya, saya sempat termasuk aktif berkesenian hingga keliling Danau Toba. Karena itu, saya termasuk orang yang sempat kecewa ketika usulan Geopark Kaldera Toba ditolak oleh UNESCO. Namun, penolakan tersebut tentu bukan tanpa dasar.

Wawasan ekologis geopark harus mendukung geodiversity, biodiversity, dan culturediversity. Dalam pada inilah, saya pikir pembangunan yang kini disemarakkan di Danau Toba harus benar-benar diperhatikan ulang supaya tak melulu mengejar kemodernan melalui jargon Monaco of Asia.

Namun, diterimanya Kaldera Toba bukan berarti tugas sudah selesai.

Kemewahan bisa dikejar, tetapi kealamian harus tetap dijaga, baik kealamian kultur maupun alam dan sebagainya. Saat ini, permasalahan soal keindahan danau adalah masifnya keramba apung.

Memang, sudah bukan zamannya lagi selalu mengandalkan pancing untuk menangkap ikan. Perlu usaha yang lebih terukur, seperti beternak ikan. Namun, beternak ikan melalui keramba apung yang terlalu masif bisa-bisa akan menggugurkan keanggotaan Kaldera Toba sebagai geopark.

Beberapa hal yang harus diperhatikan

Sebagai contoh, pada akhir 2016, saat kami pentas keliling sebagai bagian edukasi pariwisata, ada jargon menarik dari Pemkab Humbahas: kerambah, No, keramas, yes! Namun, jargon itu tak mempan hingga hari ini. Bahkan, di tempat yang sama dua bulan kemudian (awal tahun 2017), sekurang-kurangnya sebanyak 249,6 ton ikan mati mendadak.

WILMAR SIMANJORANG UNTUK KOMPAS

Kebakaran di lereng Danau Toba di kawasan dekat Ajibata, Toba Samosir, Selasa (14/8/2018). Ancaman kebakaran di lereng Toba masih terjadi sepanjang musim kemarau ini.

Air danau di Bakara yang sempat kelihatan biru pun mendadak keruh. Wisatawan lalu berkurang karena tak tahan pada bau yang menyengat (Kompas, 13/01/2017). Kematian massal ikan ini menjadi bukti, jika terlalu banyak keramba, air menjadi racun.

Masalah lainnya adalah penghijauan lingkungan di sekitar danau. Hutan di sekitar Danau Toba kini bermasalah. Perlu penghijauan ulang yang alami. Artinya, izin kelola hutan perlu dipikirkan ulang. Pasalnya, di sekitar danau kini banyak hutan homogen (tidak alami).

Pemandangan indah di Danau Toba memang termasuk sebagai sumber daya alam yang tak akan habis. Namun, jika kealamian hutan terganggu, keasrian danau pun bisa terancam sehingga sumber daya alam Danau Toba berubah menjadi sumber daya alam terbatas. Perlu diketahui, hutan adalah penyokong utama keasrian danau.

Di samping itu, pembangunan masif yang kini tengah berembus kencang di sekitaran Danau Toba harus dibuat lebih hati-hati. Jangan sampai atas nama pembangunan, keasrian budaya dan berbagai situs kultural dibabat habis. Ada banyak situs kultural di sekitaran danau. Semua itu harus dijaga tanpa terkecuali.

Perlu diketahui, hutan adalah penyokong utama keasrian danau.

Pembangunan boleh saja selagi berbentuk penambahan manfaat dan fungsi, bukan malah alih fungsi. Bali perlu dicontoh. Sekalipun sudah diserbu oleh turis mancanegara, kultur di sekitar Bali tetap terjaga dengan awet dan justru itulah yang mengundang turis datang.

Dalam hal ini, pembangunan bisa diarahkan pada, selain penambahan manfaat, eksplorasi tempat-tempat yang kurang produktif. Tempat-tempat terjal, misalnya, bisa diorkestrasikan menjadi tempat wisata rekreasi (ekstrem).

Dalam hal ini, semua tempat produktif dan sakral, juga tempat yang mengandung nilai sejarah tinggi, harus dihindari dari pembangungan alih fungsi. Pusat penelitian pun bisa dibangun di sana. Apalagi, konon, letusan Gunung Toba merupakan letusan paling dahsyat di bumi ini.

KOMPAS/NIKSON SINAGA

Keramba jaring apung di perairan Danau Toba, Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu (18/4). Budidaya ikan dengan keramba jaring apung yang melebihi daya dukung lingkungan berdampak negatif di Danau Toba.

Pusat penelitian ini kelak menjadi saksi sejarah betapa peradaban tetap selamat dari letusan mahadahsyat Gunung Toba. Karena itu, peradaban masyarakat di sekitar danau tak bisa dipinggirkan. Pembangunan dengan meminggirkan adab masyarakat setempat, selain menuai penolakan sehingga pembangunan tak lancar, juga akan mengurangi wibawa Kaldera Toba.

Ada banyak adab kebiasaan Toba yang bisa diolah sebagai sesuatu yang ekonomis. Pemulangan tulang-belulang sanak saudara dari negeri jauh bisa menjadi salah satu contoh.

Pada akhirnya, disetujuinya Danau Toba sebagai geopark adalah bukti awal dari kesadaran kita bahwa Danau Toba perlu dibangun dengan mengandalkan konsep geodiversity, biodiversity, dan culturediversity. Dalam hal ini, membangun Danau Toba tak selalu hanya karena alasan ekonomis.

Jika selama ini Danau Toba dipandang sebatas rupiah sehingga hutan dibabat dan danau disesaki dengan keramba, paradigma itu harus segera ditata ulang kembali. Tak selamanya uang harus dibayar dengan uang.

Dalam hal ini, membangun Danau Toba tak selalu hanya karena alasan ekonomis.

Potensi rupiah

Walau demikian, potensi rupiah dari pembangunan Danau Toba sangat besar. Pasalnya, jika dikelola dengan baik, Danau Toba berpeluang menjadi irisan wisata alam dan wisata kultural, bahkan spiritual.

Ini peluang bagus karena jika mengacu pada data Boston Globe, sejumlah biro perjalanan wisata di Amerika Serikat mencatat pertumbuhan yang sangat pesat, bahkan pernah sampai menembus angka 164 persen atau jika dirata-ratakan lebih dari 30 persen per tahunnya. Pertumbuhan ini sangat luar biasa.

Menurut World Tourism Organization, setiap tahun industri pariwisata dunia hanya tumbuh rata-rata 4 persen. Uniknya, peningkatan tajam ini bukan karena semakin banyak pantai yang menawan, gunung yang menjulang, jalan yang berkelok, tetapi lebih pada wisata spiritual dan kultural.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Puluhan ribu warga Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara, memadati ruas Jalan Sisingamangaraja untuk menyaksikan Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba, Minggu (21/8/2016). Karnaval dalam rangka peringatan HUT ke-71 RI itu dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, serta sejumlah menteri kabinet kerja.

Masyarakat rupanya sudah cenderung mencari ketenangan dan kealamian. Untuk inilah, saya pikir peran pendidikan untuk menjawab dua dari enam rekomendasi yang diberikan UNESCO mendesak untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah secara holistik dan teknis. Edukasi konservasi alam harus segera digalakkan, terutama ke ruang pendidikan.

Geopark dengan pengajaran harus dilakukan di dalam wilayah Geopark Kaldera Toba dengan manajemen yang wajib memfasilitasi pengembangan program pembelajaran dengan alat interaktif untuk siswa. Edukasi konservasi sebagai bagian mitigasi awal dari peluang munculnya bencana alam harus dilakukan.

Apalagi, beberapa waktu belakangan ini, banjir rob sudah mulai terjadi di danau. Mulai punahnya beberapa tumbuhan dan hewan endemik di sekitar danau dan, pada saat yang sama, terlalu membeludaknya jumlah ikan di keramba adalah juga bagian dari bencana!

(Riduan Situmorang, Guru SMAN 1 Doloksanggul, Aktif Berkesenian di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Medan dan Toba Writers Forum (TWF))

Kompas, 25 Juli 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger