Kata korupsi tampaknya sudah memasyarakat di bumi Nusantara. Karena dianggap "wabah", dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi.
Korupsi memang musuh masyarakat di mana pun. Meski demikian, bagi mereka yang jeli, dari korupsi juga dapat dipetik manfaat alias bisa menambah penghasilan secara halal.
Wisata korupsi
Wisata korupsi! Itulah yang coba dikembangkan segelintir orang di Ceko. Negara ini adalah pecahan dari Cekoslowakia di Eropa Timur. Sejak tahun lalu, wisata korupsi menjadi andalan Pemerintah Ceko untuk mendapatkan devisa.
Sesuai namanya, wisata korupsi merupakan perjalanan mengelilingi lokasi atau bangunan yang pernah terkait dengan skandal korupsi. Wisata korupsi di Ceko umumnya berlangsung di ibu kota Praha.
Dalam wisata ini, para pelancong tak hanya diajak mengelilingi bangunan-bangunan kolonial, juga menikmati tempat- tempat yang divonis merupakan hasil korupsi. Selama 2012 paket wisata korupsi di Ceko terbilang laris-manis.
Korupsi di Ceko, termasuk negara-negara tetangganya yang komunis, banyak terjadi setelah era Perang Dingin tahun 1990-an. Ketika itu banyak negara mengalami transformasi ekonomi dan politik. Akhirnya banyak lembaga pemerintah, termasuk para pejabatnya, jatuh ke dalam lingkaran korupsi.
Wisata korupsi yang disajikan Pemerintah Ceko terdiri atas berbagai tipe. Salah satu yang populer disebut Safari. Jenis wisata ini mengajak turis berkeliling ke beberapa vila dan perkebunan besar milik para pengusaha yang diperoleh berkat hasil korupsi.
Ada pula tur ke Balaikota Praha, sekaligus memberikan gambaran mengenai partai politik negara ini dan masalah di dalamnya. Paling menarik, wisatawan dibawa menuju sebuah situs konstruksi terowongan jalan besar, yang pembangunannya mengalami penundaan dan peningkatan biaya hingga 530 juta dollar AS. Wisatawan juga dibawa ke sebuah lapangan kosong yang seharusnya menjadi tempat pembangunan Stadion Olimpiado. Namun, ketika itu proyeknya dikorupsi hingga jutaan dollar AS sehingga pembangunannya terbengkalai.
Lain Ceko, lain lagi China. Mengingat korupsi adalah musuh masyarakat, seorang mikroblog China bernama Fan Jianchuan tergerak mendirikan sebuah museum korupsi. Museum itu akan dibangun di barat daya Provinsi Sichuan. Direncanakan isi museum berupa foto dari 100 pejabat yang dianggap paling korup di abad terakhir. Untuk itu, Fan berupaya mencari nominasi dari para netizen. Fan adalah seniman lukis. Karena itu, foto-foto tersebut akan dilukis sedemikian rupa sehingga menambah daya tarik seni bagi pengunjung.
Fan adalah pendiri Museum Jianchuan di Chengdu. Menurut Fan, museum akan menerima nominasi dari masyarakat melalui laman museumnya. Penentuan kriteria "Top 100" meliputi posisi pejabat senior yang korup, jumlah uang yang dikorupsi, cara melakukan korupsi, nilai kekayaan si koruptor, dan dampak korupsi terhadap masyarakat.
Skandal korupsi juga pernah menimpa pejabat tinggi Yunani. Saat ini kediaman bekas Menteri Pertahanan Akis Tsochatzopoulos di Athena beralih fungsi sebagai monumen korupsi. Tidak tanggung-tanggung, monumen itu menjadi obyek wisata favorit wisatawan domestik dan asing. Bahkan, popularitas obyek wisata itu tak kalah dengan kompleks bangunan kuno Acropolis.
Karena berlokasi tak jauh dari pusat kota, bangunan mewah itu cukup mudah dicari. Meski berdiri di antara bangunan elite lainnya, apartemen Tsochatzopoulos itu tetap terlihat paling megah. Hunian di kompleks perumahan termahal Yunani itu kini selalu ramai dikunjungi turis.
Di Indonesia
Mungkinkah Indonesia mengadopsi jenis wisata unik dan museum aneh ini mengingat Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia?
Sebenarnya wacana usulan pembuatan kebun koruptor pernah digulirkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Bahkan wacana membangun museum koruptor sudah dilontarkan Achmad Sodiki, juga dari Mahkamah Konstitusi.
Pendirian museum koruptor, kata Achmad Sodiki, bertujuan agar rakyat Indonesia bisa mengingat siapa saja para pejabat dan pihak yang telah melakukan korupsi. Museum ini diharapkan jadi peringatan agar orang lain tidak melakukan korupsi serupa.
Untuk membangkitkan pariwisata, kita bisa menyelenggarakan wisata korupsi dan membangun museum korupsi atau monumen korupsi. Modal awalnya pakai saja uang sitaan dari hasil korupsi yang masuk ke kas negara.
Jika korupsi dilihat lewat aktivitas ini, siapa tahu akan memberikan efek jera buat para calon pelaku. Obyek paling cocok untuk pertama kali bisa saja Proyek Hambalang karena ini akan menyeret nama-nama pejabat negara dan anggota DPR.
Djulianto Susantio Arkeolog dan Pemerhati Museum; Tinggal di Jakarta
(Kompas cetak, 4 Feb 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar