Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 26 Juni 2013

Menyambut Jaringan Inovatif di Angkasa (Agnes Aristiarini)

Agnes Aristiarini

Saya selalu percaya bahwa setiap perangkat pendukung komunikasi telah memberikan manfaat yang membuat orang saling belajar satu sama lain dan mencapai kebebasan yang mereka cita-citakan. 
Bill Gates
Perintis Microsoft,
Perusahaan Peranti Lunak Terbesar Dunia

Hari-hari ini, orbit satelit di antariksa akan terus disesaki dengan satelit-satelit baru. Dunia memang semakin bergantung pada kehadiran satelit sebagai sarana pendukung teknologi komunikasi. Tidak mengherankan bila persaingan luar biasa juga terjadi pada industri satelit.

Satelit mutakhir yang akan diluncurkan dalam waktu dekat adalah O3b, yang diklaim Steve Collar, CEO O3b, mampu menyediakan koneksi, jangkauan, dan kecepatan di mana pun pengguna memerlukan.

O3b merupakan jaringan satelit generasi baru yang mengombinasikan kemampuan jangkauan satelit dengan kecepatan serat optik. Jaringan O3b didirikan pengusaha perintis Greg Wyler yang membantu membangun jaringan 3G dan serat optik ke rumah pertama di Afrika. O3b merupakan salah satu dari 50 perusahaan teknologi global yang menjadi penentu arah global tahun 2008.

Menjanjikan

Situs resmi O3b menyebutkan, empat satelit pertama semula akan diluncurkan pada Senin (24/6) dengan menggunakan Soyuz dari kawasan peluncuran roket di French Guiana, Amerika Selatan. Namun, tiupan angin kencang membuat peluncuran ditunda sedikitnya 24 jam. Peluncuran pertama akan disusul dengan peluncuran empat satelit berikutnya pada September mendatang, dan kemudian empat satelit lagi tahun depan.

O3b akan bergerak di bidang komunikasi suara dan data dari operator telepon seluler dan provider layanan internet. Berbeda dengan satelit-satelit lain yang berada pada orbit geostasioner (GEO) konvensional dengan ketinggian 36.000 kilometer, O3b akan mengorbit pada ketinggian 8.000 km. Posisi yang hanya seperempat dari orbit GEO ini memungkinkan lalu lintas data dan suara lebih cepat dan lebih jelas sehingga mengurangi banyak keterlambatan (delay).

Seperti diungkapkan BBC, O3b menjanjikan transmisi bolak-balik kurang dari 100 milidetik. Hal ini akan sangat mengurangi waktu keterlambatan dibandingkan dengan satelit-satelit konvensional di GEO yang biasanya mencapai 600 milidetik.

"Sepertinya selisih itu tak banyak. Namun, jika Anda menggunakan internet dan mencari situs, respons yang lambat akan menjengkelkan. Inilah yang kami coba atasi, dan satu-satunya cara adalah dengan meletakkan satelit lebih mendekati Bumi," kata Collar.

Satelit juga akan beroperasi dengan frekuensi tinggi Ka-band dan mampu mengirim 10 beams, pada 1,2Gbps per beam, pada tujuh wilayah operasional global.

Biaya murah

Saat ini, 2 miliar orang di dunia terhubung lewat internet. Sebanyak 3 miliar akan segera menyusul dalam 10-15 tahun mendatang, dan 5 miliar lainnya belum terpapar telekomunikasi sama sekali. Sasaran O3b adalah 3 miliar orang itu, yang kebanyakan berada di negara berkembang. "Dari situ pula muncul nama O3b, Other 3 Billion, yang menjadi nama perusahaan," ujar Collar.

Peluncuran O3b memang diulas banyak media karena memunculkan terobosan lain: komunikasi suara dan data yang cepat dan murah. Konstelasi satelit yang mengorbit di sekitar garis khatulistiwa akan melingkupi Asia, Afrika, Amerika Latin, kawasan Pasifik, dan Timur Tengah, pada sekitar 180 negara.

Tidak mengherankan bila proyek O3b dianggap memintarkan sehingga banyak mendapatkan dukungan finansial lembaga dana. Kerja sama semacam ini dianggap saling menguntungkan karena meluncurkan satelit komunikasi sendiri berisiko dan mahal.

Namun, bagi Indonesia yang cakupan wilayahnya besar, dikelilingi laut, dan memiliki banyak gunung, memiliki satelit sendiri sama pentingnya dengan kerja sama internasional. Satelit menjadi tulang punggung komunikasi karena mampu mengatasi hambatan sinyal televisi yang hanya bisa dipancarkan mengikuti garis lurus. Begitu ada bangunan tinggi atau bukit, pancaran langsung terhalang.

Demikian pula halnya dengan komunikasi jarak jauh. Menyiapkan infrastruktur berupa kabel atau serat optik telepon antarpulau pasti jauh lebih merepotkan daripada memancarkan sinyal melalui satelit.

Miliki satelit

Indonesia meluncurkan Satelit Palapa tahun 1976. Dinamai dengan sumpah Mahapatih Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara, satelit pertama itu tidak hanya sukses mempermudah komunikasi dari Sabang sampai Merauke, tetapi juga membuat masyarakat, di wilayah paling pelosok sekalipun, bisa menikmati siaran televisi nasional.

Hingga kini, Indonesia sudah meluncurkan sepuluh satelit meski tidak semua berfungsi baik. Semua satelit pada umumnya dinamai Palapa dengan segala turunannya, dengan fungsi utama sebagai satelit komunikasi.

Satelit komunikasi terakhir yang diluncurkan adalah Telkom-3 pada tahun 2012. Namun, satelit yang dibawa roket Proton-M milik Rusia itu gagal mencapai orbit dan tak dapat diselamatkan. Adapun Satelit Telkom-1 dan Telkom-2 yang diluncurkan dengan roket Ariane milik konsorsium negara-negara Eropa pada 1999 dan 2005 bisa berfungsi baik.

Saat ini diperkirakan lebih dari 4.000 satelit beredar, sebagian masih aktif. Selain Rusia dan AS, negara yang sudah memiliki satelit adalah Jepang, China, Perancis, India, Israel, Australia, Inggris, dan tentu saja Indonesia. Lebih dari 20 satelit bekerja sama dalam program Global Positioning System dan menyediakan sistem navigasi modern pada setiap perangkat bergerak, seperti telepon seluler dan kendaraan.

Seperti kata Bill Gates, komunikasi adalah sarana belajar yang membebaskan.

(Kompas cetak, 26 Juni 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger