Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 08 Juli 2013

Pemerintah dan BI Harus Bersinergi (Kompas)

Gubernur Bank Indonesia, Jumat pekan lalu, menyatakan, cadangan devisa negara turun 7,055 miliar dollar AS atau 6,6 persen hanya sepanjang Juni.
Penurunan itu disebabkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah yang selama Juni tertekan karena faktor di dalam dan luar negeri. Saat ini, cadangan devisa 98,095 miliar dollar AS.

Faktor dalam negeri, terutama, adalah ketidakpastian berlarut keputusan pemerintah menurunkan subsidi bahan bakar minyak. Faktor luar negeri dipicu pernyataan kepala bank sentral AS yang akan mengurangi stimulus ekonomi melalui pembelian obligasi Pemerintah AS setelah perekonomian negara itu, yaitu penciptaan lapangan kerja, membaik. Nilai tukar dollar AS pun menguat.

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, penurunan cadangan devisa belum terlalu merisaukan (Kompas, 6/7). BI akan fokus pada tugas utama menjaga stabilitas rupiah dengan mengendalikan inflasi yang dipengaruhi harga barang dan jasa. Pemerintah mematok inflasi tahun 2013 sebesar 7,2 persen.

Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi nonindustri pada inflasi diperkirakan berlangsung tiga bulan. Inflasi terutama disebabkan kenaikan harga pangan dan biaya transportasi. Selain itu, peningkatan konsumsi kebutuhan pokok masyarakat pada bulan puasa dan Lebaran.

BI memiliki sejumlah instrumen untuk menstabilkan rupiah, antara lain operasi terbuka di pasar uang, menentukan tingkat diskonto dan cadangan wajib minimum bank, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.

Operasi pasar telah dilakukan dan cadangan devisa turun. Sudah waktunya BI mengkaji langkah lain. Meningkatkan cadangan wajib minimum mengurangi kemampuan bank menyalurkan kredit yang diperlukan untuk kegiatan produktif agar tercipta lapangan kerja baru.

BI juga memiliki instrumen suku bunga acuan BI Rate yang biasanya dinaikkan bila inflasi diperkirakan melampaui sasaran. Sejumlah ekonom menyarankan menaikkan BI Rate yang saat ini 5,75 persen agar lebih menarik dari saham di pasar uang. Perbankan juga siap dengan kenaikan suku bunga acuan itu.

Meski begitu, BI tidak dapat bekerja sendiri. Cadangan devisa dipengaruhi ekspor dan impor, aliran dana asing, dan pembayaran utang luar negeri. Keinginan BI agar devisa hasil ekspor ditempatkan di perbankan dalam negeri perlu didukung aturan lanjutan agar dapat efektif.

Pangan dan transportasi menjadi penyebab inflasi terbesar. Pemerintah terkesan lamban merespons efek kenaikan harga BBM dari sisi pasokan pangan dan pengendalian tarif transportasi. Jalan pintas mengimpor bahan pangan bukan hanya merugikan petani kita dan lapangan kerja, melainkan juga menghabiskan devisa dan rawan praktik rente ekonomi menjelang Pemilu 2014.

Pemerintah dan BI harus fokus bekerja sama untuk kebaikan rakyat banyak, bukan untuk segelintir orang dan bersifat jangka pendek.

(Kompas cetak, 8 Juli 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger