Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 06 Juli 2013

Perhatian terhadap Korban Gempa (Kompas)

Perhatian terhadap korban gempa awal pekan ini di Aceh dikhawatirkan terdesak ke belakang oleh berbagai persoalan yang silih berganti.
Dalam beberapa hari terakhir, misalnya, konsentrasi sebagian besar warga masyarakat Indonesia terpecah karena tekanan harga barang-barang kebutuhan pokok yang kembali melambung tinggi. Tanpa harus mengabaikan pergulatan hidup sehari-hari, kepedulian dan sikap gotong royong diharapkan tidak surut untuk meringankan beban warga masyarakat Aceh yang tertimpa bencana gempa.

Bencana alam itu sendiri, yang menerjang dengan kekuatan 5,5 sampai 6,2 skala Richter hari Selasa lalu, menewaskan setidaknya 24 orang dan mencederai sekitar 250 orang. Ribuan warga terpaksa menjadi pengungsi. Kerugian harta benda atas gempa yang melanda Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah juga tidak kecil. Sejumlah bangunan ambruk dan hancur.

Tentu saja bencana pekan ini tidak begitu fenomenal dibandingkan dengan gempa, yang diikuti tsunami, yang menewaskan sekitar 200.000 orang dan memorak-perandakan bangunan tahun 2004. Namun, baik bencana tahun 2004 maupun gempa pekan ini, sama-sama sebagai tragedi kemanusiaan. Manusia tidak berdaya menghadapi kekuatan alam yang senantiasa bergerak dan bergejolak dalam upaya terus-menerus mencari keseimbangannya.

Dalam upaya mencari keseimbangan, alam selalu melepaskan energi yang menimbulkan gempa tektonik sebagai dampak pergeseran lempeng Bumi ataupun gempa vulkanik akibat kegiatan gunung berapi. Pergeseran lempeng Bumi ataupun kegiatan vulkanik sangat berpotensi menciptakan bencana gempa di Indonesia. Masyarakat perlu disadarkan tentang keberadaannya di atas lintasan cincin api, ring of fire, serta dikelilingi gunung berapi. Pemahaman tentang lingkungan alam diperlukan.

Seiring dengan itu, kesigapan menghadapi bencana sangatlah penting untuk mengurangi kemungkinan jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta benda. Sering dikeluhkan, semangat melakukan antisipasi tergolong lemah dalam masyarakat Indonesia. Selalu kedodoran dalam menghadapi bencana, yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia kurang mengambil pembelajaran dan hikmah dari setiap pengalaman menghadapi bencana.

Sungguh merisaukan pula apabila kepedulian—sebagai salah satu modal sosial penting bangsa Indonesia—sampai surut. Semangat kepedulian dan solidaritas sangatlah diperlukan dalam menghadapi bencana. Ekspresi kepedulian itu perlu diperkuat dari waktu ke waktu, termasuk dalam membantu korban bencana di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Ribuan orang yang menjadi pengungsi membutuhkan makanan, pakaian, dan obat-obatan.

Sikap dan semangat kepedulian tidak hanya meringankan penderitaan pengungsi, tetapi sekaligus memperkuat sikap solidaritas di kalangan sesama warga bangsa dan mempertinggi sikap kemanusiaan.

(KOMPAS, 6 Juli 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger