Pilkada Jatim punya arti penting dalam lanskap politik nasional karena jumlah suara di provinsi itu tergolong besar. Menurut data KPU Jatim, tercatat lebih dari 30 juta pemilih di Jatim. Dari sisi rivalitas politik, Jatim penting karena merupakan satu-satunya provinsi di Pulau Jawa yang masih dikontrol kader Partai Demokrat, setelah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah lepas dari kontrol Demokrat. Soekarwo adalah kader Partai Demokrat. Pada Pemilu Legislatif 2009, Partai Demokrat unggul dan mendapat 21,99 persen suara.
Pada Pilkada 2008, pertarungan di Jatim sangat ketat. Bahkan, Pilkada Jatim 2008 berlangsung dua putaran dan ada pemungutan suara ulang di sejumlah tempat atas putusan Mahkamah Konstitusi. Pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf unggul tipis atas pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawiredja pada Pilkada 2008.
Dalam Pilkada 29 Agustus 2013, pasangan petahana Soekarwo-Saifullah tampaknya berpeluang kembali memimpin Jatim. Berdasarkan penghitungan cepat lembaga survei, Soekarwo meraih suara 46-48 persen suara, diikuti Khofifah-Herman Sumawiredja yang mendapat dukungan sekitar 37 persen suara, Bambang DH-Said Abdullah 12-13 persen suara, dan pasangan independen Eggi Sudjana-M Sihat mendapat 2-3 persen suara. Namun, berdasarkan penghitungan yang dilakukan kubu Khofifah, justru Khofifah yang unggul dengan 48 persen suara.
Kita harus menunggu penghitungan resmi KPU Jatim karena KPU-lah yang punya otoritas menghitung suara. Penghitungan cepat melalui metode statistik hanyalah indikasi meski dalam praktiknya selama ini hasil hitung cepat tak jauh berbeda dengan hasil resmi.
Putusan rakyat Jatim itu harus dihormati! Itulah ekspresi hak politik rakyat untuk menjatuhkan pilihan. Dalam setiap pemilu hanya ada dua pilihan: "teruskan" atau "ganti". Dalam sistem politik demokrasi, rakyat punya rasionalitas dalam menjatuhkan pilihan. Jika hasil penghitungan cepat itu tak berbeda dengan hasil resmi KPU, berarti Soekarwo-Saifullah masih mendapat kepercayaan warga Jatim. Itu juga tak luput dari keberhasilan Soekarwo mengonsolidasikan hampir semua kekuatan politik untuk berada di belakangnya. Langkah konsolidasi politik total yang dilakukan Soekarwo hampir membuat pasangan Khofifah-Herman gagal menjadi calon.
Kita berharap kedewasaan politik warga Jatim terus dijaga hingga selesainya tahapan pemilu. Dugaan adanya kecurangan dalam pilkada tetap bisa dipersoalkan melalui mekanisme demokrasi yang disediakan. Kita berharap tahapan dan prosedur demokrasi itu dijalani agar Jatim bisa menjadi contoh keberhasilan dalam proses demokrasi nasional. Keberhasilan dan kesabaran menempuh jalan demokrasi akan kian mematangkan demokrasi kita!
(Tajuk Rencana Kompas cetak, 30 Agustus 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar