Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 24 September 2013

Isyarat Baru dari Teheran (Tajuk Rencana Kompas)

Presiden baru Iran, Hassan Rouhani, mengirimkan isyarat baru yang bisa dimaknai sebagai awal perubahan Iran dalam percaturan politik dunia.
Semua itu bermula korespondensi antara Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Rouhani. Obama yang pertama berkirim surat kepada Rouhani. Dalam surat sepanjang satu setengah halaman itu, selain mengucapkan selamat atas terpilihnya Rouhani sebagai presiden Iran, Obama juga menyinggung soal kemungkinan tercapainya kesepakatan baru soal senjata nuklir. Surat Obama itu dijawab Rouhani dengan panjang yang sama.

Yang menjadi keprihatinan AS dan juga negara-negara Barat adalah berlanjutnya program nuklir Iran. Namun, Rouhani dan para pemimpin Iran ingin menjawab keprihatinan AS dan negara-negara Barat itu dengan membuktikan bahwa program nuklir mereka untuk tujuan memproduksi energi, untuk tujuan damai, bukan perang.

Hingga saat ini, AS dan Barat belum memercayai apa yang dinyatakan oleh Teheran itu. Obama dalam suratnya kepada Rouhani juga menyatakan, AS bersedia tidak lagi mempersoalkan masalah program nuklir itu apabila apa yang dilakukan Iran itu benar-benar untuk energi dan program damai.

Memang, antara Washington dan Teheran masih ada sejumlah hambatan politik dan warisan ketidakpercayaan. Padahal, hubungan kedua negara—yang putus pada tahun 1980—sudah terjalin sejak tahun 1883. Namun, bagaimana menyingkirkan hambatan politik dan warisan kesalingtidakpercayaan di antara kedua negara merupakan persoalan yang tidak mudah untuk disingkirkan.

Sebenarnya, munculnya Rouhani yang moderat sebagai presiden baru Iran memberikan harapan baru untuk membuka babak baru. Terlebih lagi, saat kampanye, Presiden Rouhani menjanjikan akan membangun interaksi konstruktif dengan dunia luar. Hal yang, menurut Rouhani, dilupakan pendahulunya.

Rouhani juga menyadari dan memahami bahwa dunia sudah berubah. Dalam dunia yang berubah itu, politik internasional tidak lagi arena zero-sum game, tetapi juga multidimensi, di mana kerja sama dan kompetisi sering kali terjadi secara bersamaan. Dalam kondisi seperti itu, para pemimpin dunia diharapkan mampu mengubah ancaman menjadi kesempatan.

Itulah kiranya yang ingin dilakukan Rouhani: mengubah ancaman menjadi kesempatan. Kalau pada akhirnya nanti bisa terbangun hubungan baru antara AS dan Iran, ini akan sangat membantu dalam mendorong perdamaian dunia. Kalaupun belum sampai tersambung lagi hubungan diplomatik kedua negara, membaiknya hubungan kedua negara akan membantu penyelesaian krisis Suriah.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000002280672
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger