Menurut berita yang kita baca, empat benda terbuat dari emas koleksi Museum Nasional, Jakarta, hilang dicuri. Benda bersejarah itu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, mulai dari abad ke-10 hingga abad ke-11 Masehi.
Peristiwa itu memprihatinkan karena bukan kali ini saja museum di negeri ini kehilangan benda-benda koleksinya yang pasti sangat berharga. Pada tahun 2007, diberitakan benda-benda koleksi Museum Radya Pustaka, Solo, hilang. Belakangan diketahui, hilangnya benda koleksi itu melibatkan orang dalam. Pada tahun 2010, Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, dibobol maling.
Tentu kita tidak ingin terburu-buru mengatakan bahwa hilangnya benda-benda di Museum Nasional juga melibatkan orang dalam. Terlalu dini mengatakan hal itu. Namun, fakta menceritakan kepada kita bahwa alat pengaman—kamera pemantau (CCTV) di ruang tempat benda-benda yang hilang itu—mati. Apakah matinya CCTV itu kebetulan semata atau karena sebab lain. Diperlukan penyelidikan lebih jauh.
Apalah artinya penambahan tenaga pengaman kalau CCTV yang seharusnya bisa sepanjang waktu mengawasi benda-benda koleksi tak berfungsi. Harus kita akui bahwa di dalam hal ini—perawatan dan pengamanan—kita lemah. Ini tidak hanya di museum, tetapi juga di tempat-tempat dan bidang-bidang lain.
Dari penelusuran kita terungkap, pengamanan ini menjadi masalah besar di museum-museum di negeri ini. Padahal, di museum disimpan peninggalan nenek moyang kita yang sangat penting sebagai catatan besar sejarah bangsa ini. Bukankah museum adalah media pembelajaran serta inspirasi, seperti perpustakaan. Dengan museum, masyarakat bisa melihat prestasi dan kemajuan bangsa Indonesia di masa lalu sehingga bisa mewujudkannya kembali di masa sekarang.
Namun, pada umumnya, kita menganggap museum "hanyalah" tempat penyimpanan benda-benda kuno sehingga muncul istilah "dimuseumkan" untuk menyebut disingkirkan, tidak digunakan. Sikap dan pandangan seperti ini telah memengaruhi tingkat perhatian, kepedulian, dan tanggung jawab kita untuk tidak hanya mengamankan, tetapi juga melestarikan benda-benda purbakala peninggalan nenek moyang kita.
Kini, setelah benda bersejarah bernilai sangat tinggi, baik nilai ekonomis maupun budayanya itu, hilang, kita baru sadar bahwa ada yang tidak beres dalam pengelolaannya. Kalau kita mau mengakui banyak persoalan yang memberikan sumbangan hilangnya koleksi benda-benda bersejarah di museum, baik teknis maupun administratif. Karena itu, kiranya inilah momentum untuk membenahi semua kekurangan agar pencurian-pencurian benda-benda bersejarah tidak terulang lagi.
(Tajuk Rencana Kompas, 14 September 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar