Dua belas tahun telah berlalu, tetapi setiap tahun AS tetap memperingati peristiwa itu seperti seakan-akan peristiwa itu baru saja terjadi. Dalam peringatan tersebut, nama-nama dari hampir 3.000 orang yang tewas dalam peristiwa itu dibacakan, dan kemudian dilakukan enam kali acara mengheningkan cipta.
Yang pertama pukul 08.46 ketika pesawat penumpang pertama (American Airlines Flight 11) menabrak menara utara. Kedua, pukul 09.03, ketika pesawat kedua (United Airlines Flight 175) menabrak menara selatan. Kemudian, yang ketiga, pukul 09.37, ketika pesawat ketiga (American Airlines Flight 77) menghantam Pentagon. Keempat, pukul 09.59, ketika menara selatan roboh. Lalu, kelima, pukul 10.03, ketika pesawat keempat (United Flight 93) jatuh di Shanksville, Pennsylvania. Keenam, pukul 10.28, ketika menara utara ambruk.
Peringatan mendetail yang diadakan setiap tahun itu mempunyai dua makna. Pertama, untuk menghormati korban yang jatuh dalam peristiwa itu, terutama penumpang United Flight 93 yang berupaya menggagalkan pembajakan hingga pesawat jatuh di Pennsylvania. Kedua, untuk membulatkan tekad dan memastikan bahwa serangan teroris seperti yang terjadi pada 11 September 2001 itu merupakan yang pertama dan juga yang terakhir.
Itu tecermin dalam pidato Obama pada upacara peringatan di Pentagon. "Semoga kita memiliki kekuatan untuk menghadapi ancaman yang masih bertahan meskipun mungkin itu berbeda dari ancaman 12 tahun lalu. Selama di luar sana masih ada orang-orang yang berniat menyerang, kita akan tetap waspada dan siap melindungi bangsa kita," ujar Obama.
Serangan 11 September 2001, yang diklaim Osama bin Laden dan Al Qaeda itu, telah mengubah cara pandang AS terhadap ancaman yang mungkin muncul terhadap negara dan bangsanya.
Perubahan cara pandang terhadap ancaman tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga di negara-negara lain, termasuk Indonesia, menyusul ledakan bom teroris Bali, 12 Oktober 2002, di Paddy's dan Sari Club, Legian, Kuta. Bom teroris itu kemudian berlanjut dengan bom Hotel Marriott Jakarta (5 Agustus 2003) dan bom Bali 2 (1 Oktober 2005). Ancaman teroris di Indonesia kemudian tidak lagi dalam bentuk bom, tetapi bergeser ke penembakan, bahkan pembunuhan personel kepolisian.
Sejak 27 Juli 2013 hingga 10 September lalu, ada empat personel kepolisian yang ditembak orang tidak dikenal, tiga orang di antaranya tewas. Kita sangat berharap korban- korban yang telah jatuh tidak dilupakan, bahkan harus menjadi dorongan bagi aparat kepolisian dapat memastikan dan menjamin peristiwa serupa tidak berulang.
(Tajuk Rencana Kompas, 13 September 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar