Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 01 Oktober 2013

Di Balik Angka Kematian Ibu (Tajuk Rencana Kompas)

Peningkatan angka kematian ibu melahirkan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 359 tahun lalu sangat memprihatinkan.
AKI menjadi salah satu tolok ukur penting peningkatan kualitas pembangunan manusia. AKI juga indikator penting dalam penghapusan kemiskinan, seperti sasaran Tujuan Pembangunan Milenium (MDG). Indonesia sulit mencapai sasaran MDG yang programnya berakhir pada tahun 2015, yaitu menurunkan AKI hingga 102.

Melonjak tajamnya AKI, seperti diperlihatkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, harus disigi penyebabnya. Meskipun SDKI 2012 mengakui ada kesalahan sampel cukup tinggi dan selang kepercayaan yang tinggi sehingga kesimpulan kenaikan AKI tak serta- merta dapat ditegakkan, temuan ini perlu diperhatikan.

Peningkatan AKI dalam jangka lima tahun seperti bertolak belakang dengan upaya pemerintah menurunkan AKI. SDKI 2012 memperlihatkan, 96 persen ibu hamil mendapat layanan kesehatan dari tenaga kesehatan dibandingkan dengan 93 persen menurut SDKI 2007. Sebanyak 83 persen persalinan dibantu tenaga kesehatan (73 persen, SDKI 2007) dan 63 persen persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan (46 persen, SDKI 2007).

Pemerintah juga memberi jaminan persalinan bagi masyarakat miskin agar persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan dengan bantuan tenaga kesehatan.

Kenaikan AKI dengan tajam harus dilihat komprehensif dari sisi pemenuhan kebutuhan layanan reproduksi perempuan.

Meskipun tersedia fasilitas layanan kesehatan untuk ibu hamil dan melahirkan, tidak serta-merta perempuan dapat mengakses. Relasi kuasa dalam rumah tangga dan masyarakat dapat membuat perempuan tidak dapat mengambil keputusan atas kebutuhan reproduksinya sendiri.

Hal itu misalnya masih ada perempuan yang tidak dapat menentukan sendiri saat usia menikah, merencanakan kehamilan, dan jumlah anak yang dia inginkan.

Makin muda usia seorang ibu melahirkan pertama kali, risiko kematian ibu dan bayi makin besar. SDKI 2012 menemukan, jumlah remaja putri usia 15-19 tahun yang pernah melahirkan atau sedang hamil anak pertama naik menjadi 9,5 persen dari 8,5 persen pada SDKI 2007. Risiko kematian ibu usia muda juga meningkat karena SDKI memperlihatkan memendeknya selang kelahiran.

Kenaikan AKI dapat juga disebabkan terabaikannya program Keluarga Berencana. Ada 11 persen perempuan menikah tidak terpenuhi kebutuhan KB-nya. Hanya 58 persen perempuan menikah menggunakan kontrasepsi modern meski ada keinginan ber-KB; metode terbanyak memakai pil, suntikan, dan IUD yang rawan putus pakai.

Kenaikan AKI hendaknya menjadi pemicu bekerja komprehensif lintas kelembagaan, menyertakan pemerintah pusat dan daerah, serta partisipasi masyarakat, konsisten, dan bervisi jangka panjang dalam menangani isu kependudukan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000002406171
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger