Pemerintah AS sendiri terperangah karena tindakan spionase itu bisa bocor dan dipublikasikan media massa. Sementara banyak negara tidak dapat menyembunyikan kekecewaan dan kemarahan atas tindakan penyadapan AS. Heboh atas aksi penyadapan bertambah karena sasarannya termasuk negara-negara sahabat.
Sekutu-sekutu AS di Eropa seperti Jerman tidak luput dari sasaran penyadapan. Begitu juga negara-negara di Asia, tidak terkecuali Indonesia, masuk dalam sasaran spionase. Bahkan Indonesia dilaporkan menjadi sasaran penyadapan oleh Australia sebagai sekutu AS. Pemerintah Indonesia menuntut penjelasan resmi atas skandal itu.
Lazimnya, tindakan spionase atau kontraspionase dilakukan untuk tujuan memperlemah kekuatan musuh. Tidak begitu jelas, kapan negara-negara sekutu juga ikut dimata-matai. Namun, semakin terungkap, sekutu pun tidak luput dari sasaran kegiatan spionase seperti terlihat dalam skandal penyadapan AS.
Atas tindakan AS itu, Jerman sebagai sekutu termasuk bereaksi sangat keras. Pemerintah dan masyarakat Jerman tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Reaksi keras Jerman tampaknya tidak terlepas dari pengalaman traumatis di era Nazi Jerman. Pemerintahan Adolf Hitler memata-matai seluruh gerak-gerik masyarakat. Seluruh privasi dilanggar. Bagi masyarakat Jerman Timur, kondisi itu berlanjut pada era komunisme.
Suka atau tidak, kegiatan intelijen merupakan hal lumrah dalam sejarah. Hampir semua negara, bahkan organisasi swasta dan bisnis, memiliki kegiatan intelijen untuk berbagai kepentingan. Terkenal pula organisasi intelijen di tingkat dunia, seperti CIA (AS), KGB (Uni Soviet), dan Mossad (Israel).
Tujuan kegiatan intelijen bermacam-macam, tetapi terutama untuk kepentingan persaingan militer, teknologi, dan bisnis. Tentu tidak diketahui jelas apa tujuan kegiatan penyadapan AS. Namun, siapa pun dan bangsa mana pun merasa terganggu jika dimata-matai, lebih-lebih karena kegiatan intelijen pada dasarnya mengandung niat buruk.
Upaya penyadapan dan kegiatan spionase umumnya akan terus berlangsung antarnegara. Tantangannya bagaimana menjaga soliditas agar kerahasiaan tidak bocor atau dibocorkan. Tantangan itu semakin berat di era kemajuan teknologi komunikasi saat ini.
AS yang melakukan penyadapan ternyata tidak gampang pula mengamankan sadapannya. Sejumlah kasus pembocoran dokumen diplomatik, seperti skandal Wikileaks, atau pembocoran data pertahanan yang dilakukan mantan analis intelijen AS, Edward Snowden yang kini mendapat suaka di Rusia, benar-benar merepotkan AS.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000002928496
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar