Ketegangan dilaporkan meningkat cepat, sementara pemerintahan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych praktis lumpuh di tengah gelombang aksi protes keras. Kemelut politik itu diperburuk oleh campur tangan asing. Tarik-menarik kepentingan serta pengaruh antara Rusia dan Uni Eropa membuat ketegangan di Ukraina tidak juga surut. Rusia berada di balik pemerintah, sementara oposisi mendapat dukungan Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Sudah pernah disinggung, kemelut di Ukraina, anggota bekas Uni Soviet, merefleksikan sisa-sisa Perang Dingin. Namun, suka atau tidak, bangsa Ukraina menjadi korban. Semula pertikaian berada di tingkat elite, terutama kubu pemerintah dan oposisi, tetapi kemudian di kalangan masyarakat. Sesungguhnya perpecahan itu menggambarkan dialektika perjalanan bangsa Ukraina. Secara kultural dan historik, Ukraina sangat dekat dengan Barat sebelum menjadi anggota Uni Soviet, tetapi kemudian secara politik sempat menjauhi Barat pada era Uni Soviet.
Pertarungan yang berakar pada masa lalu itu kini tampil berupa pertikaian antara kubu yang berkiblat ke Rusia dan kelompok yang berorientasi ke Barat. Pemerintahan Presiden Yanukovych dengan para pendukungnya melanjutkan kedekatan dengan Rusia sejak era Uni Soviet. Apalagi Rusia belum lama ini memberikan talangan utang 15 miliar dollar AS kepada Ukraina. Pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin juga ingin mempertahankan pengaruhnya atas Ukraina dalam strategi geopolitik.
Namun, masyarakat luas yang trauma dengan era represif dan totaliter Uni Soviet lebih memilih berorientasi ke Barat yang menganut paham kapitalis-liberal. Itulah sebabnya kelompok pro-Barat marah ketika Presiden Yanukovych menolak menandatangani pakta perdagangan dengan Uni Eropa pada November lalu. Ekspresi kemarahan kelompok pro-Barat, yang dimotori kekuatan oposisi, antara lain dilampiaskan dengan demonstrasi, termasuk menduduki kantor-kantor pemerintah.
Tekanan berat oposisi dan pendukungnya telah memaksa Perdana Menteri Mykola Azarov mengundurkan diri, pekan lalu. Namun, pengunduran diri Azarov tidak membuat gelombang protes surut. Belum segera diketahui bagaimana akhir kemelut politik di Ukraina yang pernah terguncang oleh Revolusi Oranye tahun 2004-2005. Bangsa Ukraina berhasil melewati guncangan keras sekitar 10 tahun lalu itu, tetapi tantangan kali ini tampaknya jauh lebih berat karena campur tangan asing, terutama Rusia dan Uni Eropa, sangat terbuka dan terang-terangan.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004551344
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar