Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 25 April 2014

TAJUK RENCANA Sensitivitas Isu Keamanan Asia (Kompas)

Lawatan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Asia menghangatkan lagi wacana tentang pertarungan pengaruh AS-Tiongkok di kawasan ini.
Rangkaian kunjungan delapan hari Presiden Obama ke Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Filipina yang dimulai Rabu, 23 April, tidak hanya mendorong peningkatan kerja sama ekonomi, tetapi juga ingin menggalang kerja sama keamanan dengan para sekutunya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Di balik penggalangan itu, terdapat kecurigaan terhadap Tiongkok.

Kehadiran AS sebagai adidaya dipandang perlu untuk mengimbangi kekuatan Tiongkok yang sedang menggeliat sebagai raksasa bidang ekonomi dan militer. Kecurigaan terhadap Tiongkok cenderung meningkat dalam tahun-tahun terakhir karena negara itu terkesan semakin agresif terkait dengan persengketaan kepulauan yang disebut Senkaku oleh Jepang dan disebut Diaoyu oleh Tiongkok.

Agresivitas serupa diperlihatkan dalam klaim tumpang tindih dengan sejumlah negara ASEAN atas Kepulauan Parcel dan Spratly di Laut Tiongkok Selatan. Sorotan terhadap Tiongkok juga terkait posisi negara itu menjadi sekutu dan pendukung utama Korea Utara yang cenderung dikucilkan dunia atas program senjata nuklir yang sangat berbahaya.

Berbagai kiprah Tiongkok itu membuat sejumlah negara di Asia Timur dan Asia Tenggara menjadi gelisah dan merasa tidak nyaman. Sudah muncul berbagai spekulasi tentang kemungkinan Tiongkok merajalela di bawah pengaruh ekonomi dan militernya yang kuat. Jelas pula, sikap saling curiga yang bermunculan belakangan ini tidak menguntungkan semua pemangku kepentingan di kawasan Asia. Idealnya, Asia harus membereskan persoalannya sendiri tanpa perlu keterlibatan kekuatan luar.

Suka atau tidak, kehadiran kekuatan AS akhirnya diperlukan untuk menjaga keseimbangan kekuatan keamanan kawasan. Tentu saja kehadiran kekuatan luar, seperti AS, tidak diperlukan jika negara-negara di kawasan Asia mampu menyelesaikan secara damai dan bersahabat atas berbagai persoalan, seperti kasus persengketaan Kepulauan Senkaku (Diaoyu) ataupun pertikaian atas Kepulauan Spratly dan Parcel.

Ketidakmampuan Asia menyelesaikan persoalannya sendiri akan merugikan semua pemangku kepentingan kawasan, bahkan akan mengundang campur tangan kekuatan luar. Bangsa-bangsa Asia akan kehilangan peluang untuk mempercepat proses kemajuan kawasan. Sungguh memprihatinkan jika Asia yang disebut-sebut sebagai pusat pertumbuhan dunia abad ini tidak mampu memanfaatkan peluang hanya karena gagal menyelesaikan persoalan internalnya. Semua kerja sama ekonomi dan perdagangan ataupun proses pembangunan akan terganggu jika tidak tercipta stabilitas keamanan dan perdamaian kawasan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006256024
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger